Liwa (Lampost.co)– Belasan ekor gajah liar kembali masuk ke sejumlah wilayah di Kecamatan Suoh dan Bandarnegeri Suoh, Lampung Barat.
Sugeng Hari Kinaryo Adi, warga setempat yang tergabung dalam satuan tugas (satgas) penanggulangan konflik satwa aktif melakukan upaya penggiringan pada Selasa, 6 Februari 2024. Dia mengaku kali ini kawanan gajah liar yang masuk ke wilayah dekat permukiman warga diduga telah bertambah jumlahnya.
“Ada anggota satgas penanggulangan yang telah menghitung jumlah gajahnya, yaitu ada 18 ekor dibagian (wilayah) atas. Tetapi melihat ke arah bawah ternyata masih ada pergerakan gajah lainnya,” kata Sugeng yang juga anggota DPRD Lampung Barat itu.
Segerombolan gajah yang beraksi di kawasan Suoh dan Bandarnegeri Suoh saat ini, selain gajah rombongan Bunga dan Jambul sebanyak 18 ekor, juga ditenggarai rombongan gajah dari wilayah Pesisir Barat yang telah diusir warga disana juga telah ikut bergabung bersama kelompok bunga di wilayah Suoh.
“Ada anggota satgas yang sudah menghitung, bahwa jumlahnya sepertinya sudah lebih dari 18 ekor. Jangan-jangan ada gajah dari Pesisir Barat yang telah ikut bergabung dengan kelompok Bunga ini,” kata Sugeng.
Sulit Dikendalikan
Saat ini, kata Sugeng, pergerakan rombongan gajah liar tersebut semakin sulit dikendalikan karena keberadaannya yang semakin agresif. Jika kawanan gajah itu mendekat, warga bersama satgas hanya bisa melakukan blokade agar kawanan gajah itu tidak memasuki pemukiman warga.
“Pergerakan gajah tersebut dengan pemukiman saat ini radiusnya hanya sekitar 500 meter saja. Selain itu, keberadaan gajah liar tersebut selalu berpindah-pindah, dimana hari ini lokasinya sudah ada di Pekon Bumihantatai, yang sebelumnya ada di Sukamarga dan sekitarnya,” katanya.
Setelah memasuki areal persawahan petani di Pekon Sukamarga, kini rombongan gajah tersebut pindah ke Pekon Bumihantatai dan mendekati Pekon Gunungratu. “Posisi gajah liar pada siang hari memang berada dalam kawasan hutan dan tetapi jika malam hari memasuki kawasan marga yaitu lahan pertanian sawah dan kebun. Khawatirnya jika kawanan gajah itu masuk ke pemukiman karena batas kawasan dengan pemukiman sangat berdekatan,” kata Sugeng.
Dia mengatakan pihaknya selaku satgas penanggulangan satwa bersama petugas TNBBS dan lainnya terus mengupayakan penggiringan dan memantau pergerakan gajah liar tersebut. Saat ini pihaknya bersama warga selalu bersiaga dan melakukan blokade di setiap wilayah yang dilalui kawanan gajah.
“Blokade dilakukan adalah untuk mencegah agar rombongan gajah itu tidak memasuki perkampungan,” kata dia.
Kepala UPT TNBBS Resort Suoh, Sulki mengatakan, saat ini posisi gajah ada di Gunung Gede yaitu tepat di tengah-tengah kawasan, dengan ancamannya adalah tiga hamparan persawahan yang sedang memiliki tanaman padi dikhawatirkan akan rusak.
“Jika rombongan gajah itu turun, maka ada tiga lokasi persawahan yang terancam yaitu persawahan di Way Tuwing, Pekon Bumi Hantatai, areal persawahan di Way Heni, dan Kalibata, Pekon Gunungratu,” kata Sulki.
Untuk mengantisipasi agar rombongan gajah itu tidak turun ke areal persawahan, pihaknya sejak 3 hari lalu telah melakukan upaya penggiringan bersama satgas. Namun upaya penggiringan sempat terkendala cuaca.
“Intinya kami sejak tiga hari ini terus berupaya melakukan penggiringan agar gajah itu masuk ke dalam kawasan lebat lagi dan jangan sampai turun ke tiga areal persawahan itu,” kata Sulki.
Adi Sunaryo