Bandar Lampung (Lampost.co) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Lampung, akan mengalami kemarau basah hingga akhir Agustus 2025. Meski telah memasuki musim kemarau, curah hujan di banyak daerah masih tergolong tinggi.
Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Lampung, Rudi Harianto, menjelaskan bahwa kemarau basah adalah kondisi ketika hujan tetap turun dengan intensitas sedang hingga tinggi di tengah musim kemarau.
“Fenomena ini dipicu oleh La Nina yang sedang menuju fase netral. La Nina meningkatkan suhu dan curah hujan di wilayah Indonesia,” ujarnya, Senin, 18 Juni 2025.
Selain La Nina, kemarau basah juga terpengaruh oleh dinamika atmosfer, seperti pergerakan angin, fenomena global Madden Julian Oscillation (MJO), serta gelombang Kelvin dan Rossby.
“Suhu muka laut yang menghangat meningkatkan penguapan, sehingga awan hujan lebih mudah terbentuk,” tambah Rudi.
Hujan Sporadis
Ia menjelaskan, musim kemarau basah terlihat dari hujan sporadis dan suhu udara yang tetap hangat. Hujan biasanya turun tidak teratur dengan intensitas ringan hingga sedang. Sementara suhu udara lebih sejuk ketimbang kemarau kering.
“Kondisi cuaca pun cepat berubah. Kadang panas terik, lalu hujan turun tiba-tiba,” katanya.
Rudi menyebut, kemarau basah memberikan dampak luas terhadap berbagai sektor seperti pertanian, lingkungan, dan kehidupan sehari-hari masyarakat.
“Oleh karena itu, penting untuk selalu memantau perkembangan cuaca dan menyiapkan perencanaan yang tepat,” tutupnya.