Bandar Lampung (Lampost.co) – ChildFund International di Indonesia secara konsisten terus berjuang mewujudkan dunia anak-anak mendapatkan hak dan mencapai potensi maksimalnya. Berbagai program inovatif hadir guna mewujudkan tujuan tersebut.
Bekerja sama dengan Yayasan Pembinaan Sosial Katolik (YPSK), Childfund International di Indonesia mendampingi anak dan keluarga di 33 desa, 15 kecamatan, 7 kabupaten/kota di Lampung.
Salah satu program terkini YPSK bersama ChildFund International di Indonesia itu proyek pemulihan hijau (green recovery). Inisiatif itu sangat strategis dan inovatif di Indonesia karena berfokus untuk membangun kepemimpinan pemuda dalam bisnis hijau.
Program itu akan secara langsung berkontribusi pada pengurangan emisi, pembangunan rendah karbon, dan pemulihan nasional dari Covid-19.
“Konteks perubahan iklim mulai terintegrasi ke dalam program kami,” kata Pimpinan Proyek YPSK LDA, Purna Adi Swasana, Kamis, 25 April 2024.
BACA JUGA: Ini Penyebab Anak Indonesia Kerap Tantrum
Inisiatif itu secara strategis fokus pada pemanfaatan potensi unik melalui tiga aspek utama. Ketiganya adalah rantai nilai hijau (green recovery chain), inkubasi bisnis hijau (green business incubation) dan pusat pengembangan pakan ternak.
Proyek itu mendorong pendekatan yang komprehensif dan berbasis masyarakat untuk pembangunan berkelanjutan. Program itu akan melibatkan kewirausahaan pemuda, kolaborasi sektor swasta, dan penguatan akses ke sumber daya keuangan.
Menurut dia, implementasi program green recovery masih dalam tahap awal dan membutuhkan waktu panjang untuk berdampak meluas. YPSK sendiri mendirikan pusat pelatihan peternakan sapi untuk mendukung inisiatif tersebut.
Program strategis lainnya mengambil tema penguatan kohesi sosial yang berfokus pada pembangunan perdamaian di Lampung. Proyek Penguatan Kohesi Sosial (SSCP) dengan pendanaan dari Uni Eropa itu berlangsung dari 2023 hingga Juli 2025. Program itu mempromosikan praktik inklusif dan berbasis budaya untuk pencegahan dan penyelesaian konflik di Indonesia dan Timor-Leste.
Hal itu untuk meningkatkan perdamaian dalam masyarakat di Lampung melalui pencegahan konflik berbasis budaya. “Kami bekerja bersama organisasi-organisasi yang berfokus pada pemuda, sekolah, pejabat pemerintah lokal, pemimpin tradisional dan agama, serta para pemuda pembuat perubahan,” ujar dia.
Para pembuat perubahan akan mendapatkan pelatihan untuk memimpin inisiatif pendidikan perdamaian bagi teman sebayanya. Programnya menggunakan metode kreatif untuk berinteraksi secara positif dengan pemimpin.
SSCP juga akan melibatkan pemimpin tradisional dan otoritas lokal untuk mempromosikan mekanisme berbasis budaya seperti Piil Pesenggiri di Lampung.
Hal itu memperjuangkan inklusivitas dan adaptasi terhadap kebutuhan semua anggota masyarakat. Terutama perempuan, orang dengan disabilitas, dan kelompok-kelompok yang terpinggirkan.
Dialog antargenerasi dan kolaborasi akan terdorong untuk meningkatkan praktik-praktik lebih lanjut. “Hingga akhir 2023, lebih dari 900 individu berpartisipasi dalam berbagai aktivitas yang berlangsung di 23 desa se Lampung,” kata dia.
Program lain yang terimplementasikan di Lampung dengan pengasuhan responsif. Pihaknya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dalam melakukan pengasuhan yang layak dan ramah anak. Sehingga, dapat mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.
Implementasi program itu dengan beberapa tahapan strategi, yakni sosialisasi program kepada pemerintah desa dan masyarakat, pembentukan dan pelatihan bagi fasilitator program, pembentukan kelompok (terintegrasi dengan kelompok kegiatan yang sudah ada di masyarakat).
Kemudian peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengasuhan bagi orang tua. Hal itu melalui kegiatan sesi rutin menggunakan modul dan monitoring penerapan pola pengasuhan.
Country Director ChildFund International, Husnul Ma’ad, menjelaskan upaya organisasinya berpusat pada menghubungkan anak-anak dengan komunitas, institusi, dan sumber daya untuk memastikan tumbuh dengan sehat, terdidik, terampil, dan yang terpenting aman, baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun di ranah daring.
“Keberhasilan itu tentunya tidak lepas dari hasil kerja keras seluruh mitra, komunitas, pemerintah, donor, sponsor, dan pemangku kepentingan yang selalu berkomitmen untuk terus mendukung,” kata dia.
