Liwa (Lampost.co)—Siang itu Delva (16), warga Desa Way Mangku, Kecamatan Balikbukit, Lampung Barat, hanya bisa merenung karena sebelumnya sempat terpaksa putus sekolah, Selasa (1/10/2024).
Dengan mata berkaca-kaca ia harus menelan pil pahit, karena kedua orang tuanya tidak mampu lagi membiayai sekolah akibat keterbatasan ekonomi.
Delva duduk bersama orang tuanya di rumah gubuk yang berukuran tiga kali enam meter itu, menceritakan keinginan kuatnya melanjutkan sekolah.
Tapi apalah daya kedua orang tuanya yang hanya pekerja kasar tidak mampu lagi membiayainya. Jangankan biaya sekolah, makan sehari-hari pun hanya cukup untuk bertahan hidup.
Delva dan kedua orang tuanya tinggal di sebuah gubuk yang berdinding anyaman bambu dan tripleks serta atap seng yang sudah reyot.
Ketika hujan turun pun rumah mereka masih tetap kemasukan air hujan. Tidak seperti warga pada umumnya yang tinggal di rumah permanen bahkan bisa menikmati ponsel pintar mereka sembari sekolah.
Rumah mereka pun berada di sudut kampung. Keseharian Delva tanpa ponsel pintar dan hanya fokus membantu orang tuanya mencari sesuap nasi.
Bahkan, dia ikut bekerja harian memetik tomat dengan upah sehari mencapai Rp20 ribu. Orang tuanya hanya seorang kuli bangunan.
Berhenti Sebulan
Orang tua Delva, Yudi, mengatakan anaknya sempat berhenti sebulan setelah diterima di sebuah SMK yang ada di Liwa.
Delva berhenti lantaran melihat kedua orang tuanya yang tidak mampu lagi membiayai sekolah. Keputusan itu Delva lakukan karena melihat seorang penagih utang datang ke rumahnya.
“Ada orang nagih utang kepada kami, dia denger lah dari kamar. Dari situ dia nangis dan enggak mau lanjutin sekolahnya karena orang tuanya tidak mampu biayai sekolah hingga harus mengutang sana-sini,” katanya.
Ia tidak bisa memaksa kehendak anaknya itu dan juga tidak mampu lagi membiayai sekolah. Selain itu tidak ada bantuan dari pemerintah agar Delva bisa tetap sekolah.
“Enggak ada bantuan dari pemerintah agar anak saya bisa tetap sekolah, sudah sebulan dia enggak sekolah,” katanya.
Beberapa hari yang lalu, Allah mengijabah doanya dan ada orang baik yang ingin membiayai Delva melanjutkan sekolah.
“Alhamdulillah doa saya ini Allah ijabah. Ada orang baik yang kasihan lihat keadaan kami. Pak Dandim Lampung Barat Letkol Rinto Wijaya,” katanya.
Namun, ia berharap pemerintah tetap memperhatikan anak-anak yang putus sekolah di Lampung Barat.
Sementara itu, Delva mengaku ingin sekali bersekolah hingga perguruan tinggi. Ia ingin membuat bangga orang tuanya dan kelak bisa membantu membuat rumah yang lebih layak.
“Saya ingin sekolah dan bisa bantu orang tua lebih dari cukup,” katanya.