Bandar Lampung (Lampost.co) — Ahli Ekologi, Yob Charles, menyarankan masyarakat sekitar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dapat hidup berdampingan dengan satwa liar, seperti harimau. Cara itu untuk mengantisipasi konflik satwa dengan manusia di Kecamatan Suoh, Lampung Barat itu.
Eks Project Leader WWF BBS Indonesia itu menyebut naluri alamiah harimau sebenarnya selalu menghindari manusia. Namun, kondisi satwa itu saat ini terdesak akibat habitatnya berubah menjadi kebun kopi dan pertanian. Akibatnya populasi dan distribusi satwa mangsa harimau terus berkurang.
“Kondisi itu yang akhirnya mengubah perilaku alami harimau menjadi agresif dan berani menyerang manusia,” kata Charles, Selasa, 12 Maret 2024.
Untuk mengatasinya, masyarakat sebaiknya berbagi ruang hidup bersama satwa liar. Hal itu dengan mengupayakan peningkatan kualitas habitat harimau melalui restorasi hutan dan tidak boleh mendapatkan gangguan.
Dia menilai warga sebaiknya tidak abai terhadap lingkungan yang menjadi tempat hidup satwa liar yang keberadaannya harus tetap harus terjaga. Hal itu meski harga kopi dan kakao bernilai tinggi dan menjadi mata pencarian utama masyarakat.
BACA JUGA: Anggota DPRD Lampung Barat Minta Harimau di TNBBS Ditembak
“Tetap butuh standar dan perhitungan yang baik sehingga berbagi ruang sebagai cara realistis. Lalu dukungan pendidikan dan penyadaran masyarakat juga penting,” ujar dia.
Dia mengingatkan seluruh pihak tidak bisa main tembak harimau meski telah menyerang manusia. Sebab, keberadaan harimau Sumatra statusnya dilindungi sesuai aturan negara dalam UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam.
“Populasinya harimau di TNBBS hanya 2,8 individu per 100 km². Cara terbaiknya sekarang hanya berbagi ruang dan kembali pada kearifan lokal,” katanya.