Bandar Lampung (Lampost.co) – Masalah pengelolaan sampah kembali menjadi sorotan dan memicu kekhawatiran masyarakat. Warga menyebut tumpukan sampah pada beberapa wilayah perkotaan semakin parah, memicu bau tidak sedap hingga potensi banjir saat hujan deras.
Apalagi jumlah sampah di Lampung mencapai 720 ribu ton per tahun. Sementara Kota Bandar Lampung sendiri menghasilkan sekitar 800 ton per hari.
Anggota Komisi II DPRD Lampung, Mikdar Ilyas mengatakan persoalan sampah menjadi sorotan. Oleh sebab itu mulai dari rancangan anggaran untuk pengelolaan sampah serta kepiawaian daerah melakukan sinergi kepada pemerintah pusat perlu terlaksanakan. Karena untuk pengelolaan sampah secara berkelanjutan perlu ada dukungan pemerintah pusat.
“Karena kalau sampah ini terkelola dengan benar dapat menjadi bermanfaat,” kata Wakil Ketua Fraksi Gerindra ini, Kamis, 21 Agustus 2025.
Bank Sampah
Sementara itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung resmi memperkenalkan Program Bank Sampah Sekolah bagi SMA/SMK di Kota Bandar Lampung.
Wakil Gubernur Lampung, Jihan Nurlela dalam sambutannya menekankan bahwa pengelolaan sampah tidak boleh hanya bergantung pada program pemerintah. Melainkan menjadi bagian dari kebiasaan sehari-hari.
Kemudian ia mengungkapkan, jumlah sampah di Lampung mencapai 720 ribu ton per tahun, sementara Kota Bandar Lampung sendiri menghasilkan sekitar 800 ton per hari. Dari sekolah SMA/SMK Bandar Lampung saja, volume sampah perkiraannya mencapai 31 ton setiap hari.
“Kalau sekolah bisa menyelesaikan masalah sampahnya sendiri, tentu akan mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Ini tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah,” ujarnya.
Selanjutnya ia juga mengingatkan dampak serius sampah plastik yang dapat merusak ekosistem laut. Kemudian menimbulkan pencemaran, hingga menjadi mikroplastik yang akhirnya masuk ke rantai makanan manusia.
Jadi Manfaat
Sementara itu, Kepala OJK Lampung, Otto Fitriandy menilai, program bank sampah memiliki tiga manfaat utama. Meliputi aspek ekonomi, pembentukan karakter, dan peningkatan kesadaran lingkungan.
“Selain menghasilkan nilai ekonomi, pengelolaan sampah juga melatih kedisiplinan, dan rasa tanggung jawab. Sekaligus menanamkan pentingnya budaya 3R yakni reduce, reuse, and recycle,” jelasnya.
Kemudian ia berharap, nilai-nilai tersebut bisa melekat pada siswa sehingga terbawa hingga mereka terjun ke masyarakat maupun dunia kerja. Sebagai wujud dukungan, sejumlah bank menyalurkan kerja sama melalui penyerahan tabungan simbolis untuk sekolah.
Sementara program ini memungkinkan siswa menabung sampah anorganik yang sudah terpilah, seperti kertas, plastik, logam, dan kaca. Sampah yang diserahkan akan ditimbang dan nilainya terkonversikan menjadi saldo tabungan, baik dalam bentuk tunai maupun digital melalui QRIS.
Kemudian melalui inisiatif Bank Sampah Sekolah, Pemprov Lampung berharap dapat membangun budaya peduli lingkungan dunia pendidikan. Sekaligus memberikan nilai tambah ekonomi bagi siswa dan sekolah.