Bandar Lampung (Lampost.co) — Sektor pariwisata di Lampung terus menunjukkan eksistensinya. Berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2025, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Lampung hingga akhir Juli mencapai 15,4 juta orang.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi Lampung, Bobby Irawan, mengatakan pencapaian ini menjadi sinyal kuat bahwa target 20 juta wisatawan pada 2025 berpeluang besar tercapai.
“Kalau dibandingkan tahun lalu, pertumbuhannya luar biasa. Sampai Juli 2024 jumlah wisatawan baru sekitar 12 juta orang, artinya ada peningkatan sekitar 34 persen,” ujar Bobby, Senin, 13 Oktober 2025.
Baca Juga:
Lampung Dorong Pengembangan Wisata Ramah Muslim untuk Tarik Wisatawan
Menurutnya, momentum libur akhir tahun terutama saat Natal dan Tahun Baru (Nataru) akan menjadi penggerak tambahan bagi peningkatan kunjungan wisatawan.
“Kita masih punya satu momen besar di akhir tahun. Dengan tren ini, kami optimistis target 20 juta pengunjung bisa tercapai,” katanya.
Bobby menjelaskan, tren wisata di Lampung saat ini semakin beragam. Sejumlah destinasi baru seperti Pulau Wayang dan Teluk Hantu sedang menjadi magnet wisatawan, terutama kalangan muda.
“Pemesanan paket wisata akhir pekan bahkan penuh hingga dua sampai tiga bulan ke depan. Ini bukti animo masyarakat untuk berlibur ke Lampung sangat tinggi,” jelasnya.
Selain wisata alam, Lampung juga menarik minat wisatawan dengan paket wisata edukasi, budaya, religi, hingga kesehatan.
“Banyak pengunjung datang bukan hanya untuk rekreasi. Tapi juga untuk mengenal budaya lokal, berziarah, hingga mengikuti program wisata sehat,” tambahnya.
Perekonomian Daerah
Tingginya kunjungan wisata turut memberi efek positif terhadap perekonomian daerah. Bobby mengungkapkan, pada 2024 jumlah wisatawan mencapai 17,9 juta orang, dengan rata-rata pengeluaran sekitar Rp1,75 juta per orang.
“Artinya, ada perputaran uang sekitar Rp30 triliun dari sektor pariwisata sepanjang tahun lalu. Dampaknya terasa luas, mulai dari transportasi, pertanian, komunikasi, hingga ekonomi kreatif,” paparnya.
Ia menyebut, kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Lampung kini mencapai sekitar 6,2 persen.
Meski memiliki kontribusi besar, Bobby menegaskan bahwa Disparekraf Provinsi Lampung tidak menjadi penerima langsung Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari pariwisata.
“PAD dikelola kabupaten dan kota melalui pajak hotel, restoran, dan retribusi tempat wisata. Peran kami di provinsi adalah memastikan kebijakan berjalan efektif dan kunjungan wisata terus meningkat,” ujarnya.
Lebih jauh, ia menekankan bahwa sektor pariwisata bukan hanya tentang angka kunjungan, tetapi juga manfaat nyata bagi warga.
“Yang terpenting adalah dampak langsungnya. Pariwisata membuka lapangan kerja, menambah penghasilan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Lampung,” pungkasnya.