Kotabumi (Lampost.co): Sejumlah petani di Desa Kembang Tanjung, Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara, mengeluhkan dugaan permainan harga oleh oknum ketua gabungan kelompok tani (gapoktan). Mereka mengaku hanya menerima harga jual jagung pipilan basah sebesar Rp4.000 per kilogram, jauh di bawah harga acuan Perum Bulog sebesar Rp5.500 per kilogram.
Pemotongan harga itu dengan berbagai biaya tambahan, seperti upah kuli angkut, penggilingan, hingga konsumsi pekerja lapangan. “Potongannya bisa mencapai Rp1.500 per kilogram. Belum termasuk kalau pembayaran telat sampai sebulan,” ujar Sutarman, Ketua Kelompok Tani Panca Jaya, Senin, 5 Mei 2024.
Menurut informasi, kelompok tani menjal jagung yang ke Bulog mencapai 440 ton. Dari 10 kelompok tani yang tergabung dalam gapoktan, hanya 4 hingga 6 kelompok yang aktif melakukan penjualan. Sisanya memilih menjual ke tengkulak dengan harga lebih rendah, yakni Rp3.000–Rp3.700 per kilogram, karena sistem pembayaran Bulog dianggap terlalu lambat.
Dari penelusuran lapangan, diduga sekitar 180 ton jagung berasal dari anggota kelompok tani, sementara sisanya berasal dari luar desa. Dengan selisih harga Rp1.800–Rp2.000/kg, keuntungan oknum ketua gapoktan mencapai lebih dari Rp570 juta.
“Lebih baik jual ke tengkulak. Meski lebih murah, tapi langsung pembayaran. Kalau ke Bulog, harus tunggu tiga pekan sampai sebulan,” tambah Sutarman.
Ketua Poktan Mekar Sari, Tri Harmoko, menyebut banyak petani di wilayahnya kini beralih menanam singkong karena harga jagung tidak stabil. “Saat harga anjlok di bawah Rp2.700/kg, petani kapok. Banyak yang tak lagi tanam jagung,” ujarnya.
Zainuri selaku Ketua Poktan Harapan Maju menyatakan hal serupa. Ia mengaku kelompoknya hanya bisa menyetor sekitar 25 ton jagung ke Bulog karena minimnya hasil panen. “Banyak anggota sudah tanam karet atau singkong. Hanya saya dan keluarga yang sempat panen jagung,” jelasnya.
Sementara itu, salah satu warga Dusun Gang Otong menyatakan bahwa Desa Kembang Tanjung bukan merupakan sentra utama produksi jagung. “Kalau jagung, lebih banyak di Desa Sido Mukti, Kecamatan Abung Timur. Di sini ada, tapi tidak dominan,” katanya.
Membantah
Terpisah, Ketua Gapoktan Kembang Tanjung, Dino, membantah tudingan permainan harga. Ia mengeklaim bahwa jagung sesuai harga Bulog, dan seluruhnya berasal dari kelompok tani binaannya.
“Enggak ada yang kami ambil dari luar. Masih banyak petani jagung di wilayah kami, termasuk di Nunyai,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa penjualan secara resmi dan dalam pengawasan aparat.
“Penjualan ke Bulog kawal Babinsa. Mana berani saya main-main begitu. Bisa kena pidana,” pungkasnya.