Kotabumi (Lampost.co) – Proyek pembangunan dan rehabilitasi gedung di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara, menuai sorotan. Pekerjaan senilai lebih dari Rp1 miliar yang bersumber dari APBN 2025 itu diduga dikerjakan asal jadi.
Pantauan di lokasi pada Jumat, 26 September 2025, menunjukkan sejumlah bagian bangunan tidak dikerjakan maksimal. Misalnya, penambahan bata pada bagian atap ruang kelas tidak diikuti perbaikan selasar yang masih menggunakan bangunan lama. Bahkan, beberapa dinding belum terplester.
Selain itu, rangka baja di bagian atap hanya diganti sebagian. Seng memang baru, tetapi kuda-kuda dan reng dugaann masih menggunakan material lama. Sementara material semen didominasi merek Rajawali.
Pada kegiatan rehabilitasi masjid sekolah dengan anggaran Rp107,8 juta, perbaikan hanya berupa penggantian sebagian kecil seng. Begitu pula pada rehabilitasi toilet (MCK) senilai Rp37,4 juta, pekerjaan sebatas pengecatan dan penggantian kusen.
Untuk rehabilitasi empat ruang kelas dengan nilai Rp431,9 juta, perbaikan hanya meliputi kusen, jendela, lantai keramik, serta pergantian seng dan plafon. Adapun pembangunan ruang kelas baru (administrasi) senilai Rp488,4 juta juga menimbulkan tanda tanya. Pekerja yang dilibatkan bukan warga sekitar, melainkan dari Bandar Lampung.
“Kalau di sini kami hanya pekerja. Material dibeli pihak sekolah, namanya Pak Widodo. Seperti seng dan plafon,” ujar Endi, pekerja asal Bandar Lampung. Ia mengaku dibayar Rp150 ribu per hari, sementara kenek mendapat Rp100 ribu.
Nilai Rp70 Juta
Pekerjaan rehabilitasi enam ruang kelas, termasuk laboratorium komputer, senilai Rp70 juta. Kepala tukang bernama Nadiem, asal Kembang Tanjung, mengaku mengerjakan proyek itu selama 90 hari kerja. Sebagian tukang dan kenek lain berasal dari Kecamatan Abung Semuli.
Informasi lain menyebutkan, Panitia Pembangunan Satuan Pendidikan (P2SP) seharusnya melaksanakan pekerjaan, sementara kepala sekolah berperan sebagai pejabat pembuat komitmen (PPK). Namun, dugaannya pihak sekolah mengendalikan langsung.
Plang informasi pekerjaan sempat terpasang di laboratorium dan salah satu ruang kelas. Akan tetapi, saat wartawan mendatangi lokasi, papan itu sudah tidak terlihat. Para pekerja juga tampak tidak menggunakan alat pelindung diri (APD).
Hingga Jumat sore, pihak sekolah maupun pelaksana proyek belum dapat memberikan keterangan.