Bandar Lampung (Lampost.co) – Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) mendorong mahasiswa agar responsif terhadap dinamika kebangsaan dan sosial politik yang berkembang saat ini. Dalam seminar bertema “Peran Mahasiswa dan Pemuda dalam Menyikapi Dinamika Kebangsaan”, LMND mengajak generasi muda untuk aktif mengambil peran dalam mengawal kebijakan negara.
Peserta acara pada 28 September 2025 itu adalah mahasiswa dari berbagai kampus di Lampung. Ketua Umum LMND, Muh. Isnain Mukadar, menegaskan bahwa mahasiswa harus peka terhadap kondisi bangsa. Ia menyoroti berbagai persoalan, seperti perlambatan ekonomi, minimnya penciptaan lapangan kerja, dan kebijakan fiskal yang memberatkan rakyat.
“Maraknya kenaikan pajak saat Kementerian Keuangan dipimpin Sri Mulyani dan pemangkasan dana transfer daerah memicu kemuakan publik. Ini juga menjadi pemantik meningkatnya aksi protes,” ujar Isnain.
Oleh karena itu, ia mengajak mahasiswa, khususnya kader LMND, untuk terus mengawal kebijakan publik serta membangun kesadaran politik di tengah masyarakat. Ia menekankan pentingnya perlawanan terhadap imperialisme, oligarki, dan korupsi yang masih mengakar.
“LMND secara konsisten berpihak kepada rakyat, kaum buruh, dan masyarakat miskin,” tambahnya.
Selain itu, Isnain juga menyoroti pentingnya peran perempuan dalam dinamika sosial dan politik. Ia menilai, perempuan memegang peranan vital dalam membentuk karakter dan kesadaran generasi muda.
“Perempuan sangat sentral dalam kehidupan. Pendidikan anak bergantung pada peran ibu di rumah. Karena itu, LMND hadir sebagai alat perjuangan, terutama untuk mendorong kesadaran politik dan sosial kaum perempuan,” jelasnya.
Tindakan Politik
Sementara itu, tokoh perempuan Nurul Fauziah mengingatkan bahwa politik tidak hanya terbatas pada Pemilu atau Pilkada. Menurutnya, pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari juga merupakan bentuk tindakan politik.
“Kenaikan harga sembako, biaya pendidikan, dan kesehatan langsung dirasakan oleh ibu rumah tangga. Karena itu, perempuan, baik dari kalangan mahasiswa maupun masyarakat umum, harus berani terjun ke dunia politik,” ujarnya.
Namun, ia menyesalkan rendahnya keterwakilan perempuan dalam parlemen dan pemerintahan daerah. “Di Lampung, perwakilan perempuan baru sekitar 20 persen, jauh dari target 30 persen seperti yang diamanatkan dalam UU Pemilu,” imbuhnya.
Pegiat Pembumian Pancasila, Edy Marjoni, turut hadir sebagai pembicara. Ia menegaskan bahwa solusi utama bagi permasalahan bangsa terletak pada pengamalan nilai-nilai Pancasila secara utuh.
“Pancasila mampu mengakomodasi dan menyelesaikan berbagai persoalan di republik ini,” tegas Edy.
Menurutnya, Lampung memiliki potensi besar dengan populasi sekitar 9,5 juta jiwa, di mana lebih dari 2 juta di antaranya merupakan pemuda. Ia menyebut, generasi muda memiliki peran kunci sebagai pemimpin masa depan.
Namun, ia juga menyoroti berbagai tantangan serius yang dihadapi pemuda, seperti penyalahgunaan narkoba, radikalisme, terorisme, budaya koruptif, hingga gaya hidup hedonis. “Pemuda harus memberikan kontribusi nyata melalui gagasan dan konsep pembangunan yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila,” pungkasnya.