Bandar Lampung (Lampost.co) — Pemerintah Kota Bandar Lampung menyalurkan insentif kepada 9.300 pejuang stunting yang terdiri dari kader KB, Posyandu, serta Poskeskel di 20 kecamatan, Jumat, 03 Maret 2023. Wali Kota Bandar Lampung, Eva Dwiana berharap insentif tersebut meningkat kinerja para kader menjadi lebih maksimal.
Ia mengungkapkan, penanganan stunting menjadi salah satu fokus pemerintah. Upaya intervensi dilakukan melalui kader KB, Poskeskel, serta Posyandu dengan memberikan edukasi dan pelayanan kesehatan dan gizi.
Untuk itu sangat penting membangun kolaborasi di tingkat bawah. Sehingga, lanjutnya, angka prevalensi stunting di Bandar Lampung bisa terus menurun. “Antara KB dan Posyandu harus berkolaborasi untuk menciptakan masyarakat yang sehat bebas stunting,” kata dia, Jumat, 03 Maret 2023.
Untuk diketahui berdasarkan data SSGI, angka prevalensi stunting di Bandar Lampung pada 2022 lalu hanya 11,1 persen. Jumlah tersebut turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 19,6 persen.
Dengan capaian tersebut Kota Bandar Lampung berhasil mencapai target yang ditetapkan pemerintah pusat. Kementerian Kesehatan menargetkan prevalensi stunting maksimal 14 persen di 2024.
Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPKB) Bandar Lampung, dr Santi Sundari mengungkapkan, capaian itu karena pembentukan tim pendamping keluarga di 20 kecamatan. Tidak hanya menyasar balita, tim tersebut juga memberikan pendampingan kepada calon pengantin, ibu hamil, dan ibu menyusui.
“Kami ada tim pendamping keluarga yang tugasnya mendampingi calon pengantin, ibu hamil dan menyusui termasuk yang memiliki anak balita sehingga anak-anaknya tidak terkena stunting,” kata dia.
Salah satu tugas pendamping keluarga adalah memberikan edukasi pentingnya mempersiapkan 5.000 hari pertama kehidupan. Tidak hanya pada orang tua, edukasi itu juga menyasar pada remaja putri.
Dinas PPKB juga melakukan sosialisasi berkelanjutan ke sekolah-sekolah terkait pencegahan stunting khususnya kepada remaja putri. Calon ibu harus sehat dan cukup gizi guna menghasilkan generasi penerus yang baik.
“Termasuk mendata jika ada temuan anak yang dimungkinkan terkena stunting, dengan melihat dari ciri seperti mudah sakit dan memiliki masalah tinggi badan ,” kata dia.
Kepada remaja putri, pihaknya tidak hanya memberikan edukasi tapi juga membagikan pil penambah darah. Hal itu agar para remaja putri tidak mengalami anemia dalam pertumbuhannya terlebih saat menstruasi.
“Tapi meskipun kasus stunting di Bandar Lampung tidak banyak, upaya pencegahan tetap dimasifkan,” ujarnya.
Deni Zulniyadi