Bandar Lampung (Lampost.co) — Potensi gempa megathrust di Selat Sunda menjadi ancaman serius bagi wilayah pesisir Lampung. Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkirakan jika terjadi gempa berkekuatan hingga M 8,7, tsunami setinggi 4–8 meter dapat menerjang pesisir Lampung dalam waktu kurang dari satu jam.
Menghadapi ancaman tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung menyiapkan strategi khusus melalui Rencana Kontinjensi Bencana Tsunami. Dokumen itu tertuang dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 29 Tahun 2023.
Sekretaris Daerah Provinsi Lampung, Marindo Kurniawan, mengatakan rencana kontinjensi menjadi acuan bagi seluruh pemangku kepentingan untuk bertindak cepat, tepat, efektif, terkoordinasi, dan menyeluruh dalam menghadapi kondisi darurat.
“Dokumen ini kami susun sebagai langkah antisipatif. Dengan kesiapan sejak dini, respon bencana bisa lebih cepat dan risiko korban jiwa dapat ditekan,” ujarnya, Rabu, 28 Agustus 2025.
5 Strategi Utama
Rencana tersebut memuat lima strategi utama. Pertama, menyepakati skenario, tujuan, kebijakan, dan strategi menghadapi situasi darurat. Kedua, mengoordinasikan lembaga, organisasi, dan masyarakat agar mampu merespons cepat, terpadu, dan akuntabel.
Ketiga, memastikan ketersediaan sumber daya serta mekanisme pengambilan keputusan yang cepat untuk mempercepat respon dan menyelamatkan nyawa. Keempat, menyatukan komitmen lintas pihak agar bertindak terkoordinasi sebelum keadaan darurat terjadi. Kelima, menggerakkan sumber daya secara efektif dalam penanganan darurat.
“Kami ingin memastikan semua pihak bergerak dengan arah yang sama. Koordinasi lintas sektor menjadi kunci agar penanganan darurat tidak berjalan sendiri-sendiri,” kata dia.
Ia menambahkan, keterlibatan masyarakat menjadi bagian penting dari strategi kesiapsiagaan. “Kesiapsiagaan bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Masyarakat juga harus memahami risiko dan tahu bagaimana menyelamatkan diri ketika bencana terjadi,” ujarnya.
Marindo optimistis adanya dokumen rencana kontinjensi itu membuat Lampung lebih siap menghadapi potensi ancaman megathrust.
Strategi tersebut sebagai langkah antisipasi terhadap ancaman megathrust berjalan lebih terarah. Mulai dari tahap perencanaan, koordinasi, hingga penggerakan sumber daya di lapangan.
“Kami percaya, jika semua pihak disiplin menjalankan rencana ini, masyarakat bisa lebih tenang karena ada langkah nyata yang disiapkan,” pungkasnya.