Bandar Lampung (Lampost.co) — Daya beli masyarakat mengalami penurunan pasca lebaran. Hal itu tersampaikan oleh pengamat Ekonomi, Dedy Yuliawan. Ia mengungkapkan, kondisi itu merupakan hal yang normal. Sekaligus menjadi peringatan bagi perekonomian daerah.
Kemudian ia menjelaskan, kenaikan inflasi yang terjadi saat ini merupakan dampak dari Ramadan dan Idulfitri. Kenaikan itu akibat keterpaksaan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan lebaran dan bulan Ramadan.
Sehingga menurutnya, kenaikan inflasi yang terjadi selama ramadan hingga lebaran merupakan hal yang normal. Sebab pasti ada peningkatan permintaan pasar selama waktu tersebut yang menjadi pemicu inflasi.
“Kenaikan itu karena terdorong terpaksa orang mau nggak mau belanja, ada nggak ada duit harus belanja. Sehingga pasti permintaan akan naik dan kita akan memicu terjadinya inflasi,” katanya, Rabu, 9 April 2025.
Kemudian menurutnya, yang harus menjadi perhatian oleh pemerintah saat ini adalah stabilitas harga pasca lebaran. Terlebih pada Februari lalu terjadi deflasi -0,2 persen. Kondisi itu berpotensi kembali terjadi pasca lebaran jika tidak ada upaya stabilisasi harga.
“Pada bulan Februari itu Lampung sudah minus 0,2 persen. Nah itu sebetulnya mengindikasikan memang ada masalah pada kemampuan daya beli masyarakat,” katanya.
Kemudian selain menjaga harga-harga kembali normal pasca-lebaran, pemerintah juga harus menciptakan iklim investasi yang sehat. Dengan begitu, para investor akan berani berinvestasi dan memberikan angin segar bagi perekonomian.
Namun dengan situasi ekonomi-politik saat ini. Hal tersebut tentu bukan hal yang mudah untuk terlaksanakan. Pemerintah juga perlu memberikan stimulus untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
“Namun dengan efisiensi yang terlaksanakan pemerintah saat ini tentu pemberian stimulus kepada masyarakat sulit terjadi,” ujarnya.