Krui (Lampost.co) — Ribuan meter kubik kayu gelondongan asal Sumatra Barat terdampar di pesisir Tanjung Setia, Pesisir Barat, Lampung. Peristiwa itu berlangsung sejak awal November dan masih menyita perhatian publik hingga Kamis, 4 Desember 2025.
Poin Penting:
-
Ribuan kubik kayu terdampar di Pantai Tanjung Setia.
-
Kayu berasal dari kapal tongkang asal Sumatra Barat.
-
Nelayan mengalami kerugian akibat kerusakan perahu.
Ribuan meter kubik kayu tersebut berasal dari kapal tongkang yang mengalami kecelakaan laut akibat cuaca ekstrem. Gelondongan kayu itu kini menumpuk di sekitar kawasan wisata pantai dan mengganggu aktivitas warga.
Ukuran Kayu Bervariasi
Pantauan di lokasi menunjukkan ukuran kayu bervariasi. Rata-rata panjang kayu mencapai lebih dari enam meter dengan diameter lebih dari satu meter.
Baca juga: Kayu Hanyut Banjir Bandang Sumatra Indikasi Pembalakan Liar
Di sebagian besar kayu tersebut terdapat stiker yang bertuliskan Kementerian Kehutanan, PT Minas Pagai Luber, Sumatra Barat. Identitas itu menguatkan dugaan asal muatan dari wilayah Sumatra Barat.
Adapun jenis kayu yang terdampar antara lain meranti dan kayu minyak atau kruing. Kedua jenis ini terkenal sebagai kayu bernilai ekonomi tinggi.
Kayu Berkualitas Unggul
Warga setempat menyebut ribuan meter kubik kayu itu biasanya berasal dari kawasan hutan tertentu. Danang, warga Tanjung Setia, menilai jenis kayu tersebut tergolong kayu kualitas unggul.
Ia mengatakan kayu minyak hanya tumbuh di wilayah tertentu. Warga setempat menyebutnya kayu hutan lindung.
Hambat Aktivitas Nelayan
Tumpukan ribuan meter kubik kayu itu menghambat jalur perahu nelayan. Beberapa perahu kecil bahkan mengalami kerusakan. Kayu yang terbawa ombak menghantam lambung perahu saat nelayan berlabuh.
Situasi ini juga berdampak pada pariwisata pantai. Wisatawan harus berhati-hati saat beraktivitas di pesisir. Pemandangan kayu hanyut mendominasi garis pantai.
Kronologis Tongkang Karam
Kabid Humas Polda Lampung Kombes Yuni Iswandari Yuyun membenarkan kejadian tersebut. Ia menjelaskan kronologi insiden tongkang bermuatan kayu itu.
Menurutnya, tongkang itu berangkat dari Sumatra Barat pada 2 November 2025. Kapal tersebut kemudian kandas di perairan Pesisir Barat pada 6 November 2025. Cuaca ekstrem menjadi penyebab utama kecelakaan laut itu. Angin kencang dan gelombang tinggi membuat sulit mengendalikan tongkang.
Masalah bertambah ketika tali kapal terlilit. Kondisi itu memperparah kendali nakhoda atas kapal. Akibatnya, muatan kayu terbawa arus hingga ke pantai. Hingga kini, tongkang masih berada di sekitar perairan Tanjung Setia. Aparat kepolisian terus berkoordinasi dengan pihak terkait. Proses evakuasi ribuan meter kubik kayumasih menunggu kondisi cuaca membaik.
Warga berharap pemilik muatan segera bertanggung jawab. Mereka meminta segera mengevakuasi kayu agar aktivitas nelayan dan wisata bias berjalan normal kembali.








