Bandar Lampung (lampost.co)–Kemacetan yang sering terjadi di perlintasan kereta api Jalan H. Komarudin, Kecamatan Rajabasa, Bandar Lampung, ternyata berdampak signifikan terhadap pemborosan bahan bakar. Hal ini terungkap dalam hasil penelitian tim dari Universitas Lampung (Unila) pada Maret 2023.
Penelitian tersebut oleh Bambang Tri Laksono, Rahayu Sulistyorini, Siti Anugrah Mulya Putri Ofrial, dan Dwi Herianto, dengan judul “Analisis Biaya Kerugian pada Kemacetan Akibat Perlintasan Kereta Api Ditinjau dari Konsumsi Bahan Bakar Minyak di Kota Bandar Lampung (Studi Kasus: Jalan H. Komarudin)”.
Studi ini menganalisis data seperti volume kendaraan, waktu tempuh, konsumsi bahan bakar per liter, durasi kemacetan, hingga harga bahan bakar untuk mengukur total kerugian. Hasilnya, besarnya kerugian sangat bergantung pada padatnya lalu lintas, durasi kemacetan, dan harga bahan bakar terpakai.
Dari arah Jalan Haji Komarudin ke Jalan K.A. Haq, perkiraan kerugian tahunan sebagai berikut:
-
Sepeda motor: Rp396,25 juta
-
Kendaraan ringan berbahan bakar bensin: Rp404,82 juta
-
Kendaraan ringan berbahan bakar solar: Rp27,25 juta
-
Kendaraan berat: Rp3,89 juta
Sedangkan dari arah sebaliknya, Jalan K.A. Haq menuju Jalan Haji Komarudin, kerugian mencapai:
-
Sepeda motor: Rp256,30 juta
-
Kendaraan ringan berbahan bakar bensin: Rp284,15 juta
-
Kendaraan ringan berbahan bakar solar: Rp19,15 juta
-
Kendaraan berat: Rp2,03 juta
Kemacetan Berulang
Putera, warga setempat, mengungkapkan bahwa kemacetan terjadi berulang kali setiap hari karena kereta api melintas. Ia menyebut antrean kendaraan bisa memanjang hingga jembatan layang, bahkan hingga Pasar Tempel di sisi berlawanan.
“Setiap ada kereta lewat, pasti macet panjang dan lama,” ujarnya pada Minggu, 20 April 2025. Ia menambahkan bahwa kereta babaranjang pembawa batubara sering berhenti cukup lama, mencapai sekitar 20 menit, terutama pada pagi dan sore hari.