Liwa (Lampost.co): Satgas penanganan dan pengendalian konflik manusia dengan satwa liar berencana menambah jumlah perangkap harimau. Satgas Kecamatan Suoh dan Bandarnegeri Suoh itu bakal memasang perangkap di Pekon Bumi Hantatai, Kecamatan Bandarnegeri Suoh, Lampung Barat. Pekon Bumi Hantatai menjadi lokasi harimau Sumatra memangsa warga beberapa waktu lalu.
Camat Bandarnegeri Suoh, Mandala Harto mengatakan, dua perangkap yang sudah terpasang hingga saat ini belum ada hasilnya. Untuk itu, pihak BKSDA berencana dan mengupayakan penambahan pemasangan perangkap baru pada sekitar kawasan strategis (lalu lintas harimau).
“Fokusnya untuk sementara masih di wilayah Kecamatan Bandarnegeri Suoh. Sesuai hasil pemantauan tim pencari jejak. Sampai saat ini, 4 tim masih bekerja di lokasi pada tiga posko yang ada,” ujarnya, Kamis, 29 Februari 2024.
Tiga posko penanganan harimau itu ada di tiga lokasi yaitu Talang Lampung, Talang Dul, dan Talang Makmur. Setiap tim memiliki tugasnya masing-masing, yaitu ada tim pemantauan dan pencari jejak serta tim perangkap.
“Dari pemantauan kamera pengintai yang sudah terpasang, petugas juga belum mendapatkan gambarnya (harimau melintas),” kata dia.
Sementara itu, koordinator penanganan konflik satwa harimau, Kapten Inf.Suroto yang juga Komandan Koramil Batubrak, mengatakan pihak BKSDA rencananya akan menambah dua perangkap. Pemasangan perangkap baru itu untuk di lokasi yang menjadi lintasan harimau yang memangsa manusia itu.
“Perangkap tersebut informasinya sedang diupayakan didatangkan dari daerah Lahat,” kata Suroto.
Ia mengaku saat ini tim Satgas fokus melakukan upaya penangkapan harimau. Sementara terkait penemuan jejak kaki harimau di Pekon Sukabumi, Kecamatan Batubrak tersebut, belum jelas jejak harimau yang dimaksud atau bukan (harimau yang memangsa warga).
“Harimau di kawasan ini jumlahnya masih ratusan. Di Pekon Sukabumi itu sangat dimungkinkan ada harimau yang berbeda. Kalau harimau yang mau ditangkap ini adalah harimau yang telah memangsa manusia itu,” kata Suroto.
Penggiringan
Dia menambahkan, upaya penangkapan harimau terkendala cuaca. Di mana pada saat melakukan penggiringan, sering turun hujan sehingga petugas tidak bisa melanjutkan akibat medan yang tidak memungkinkan.
“Ketika menemukan jejaknya, kami berupaya menggiringnya ke arah kawasan. Tapi selalu gagal karena hujan,” kata dia.
Sementara, pada siang hari ketika cuaca mulai panas, harimau akan bersembunyi dalam belukar. “Harimau itu bergerak saat cuaca teduh, yaitu pada sore atau malam hingga sekitar pukul 10:00 pagi,” katanya.
Dia mengatakan melakukan upaya penggiringan secara beramai-ramai, dari berbagai sudut mengarah ke perangkap. Dengan bersuara ramai-ramai, sehingga harimau akan pergi ke arah yang tidak ada suara.
“Kan harimau itu takut kalau mendengar suara manusia yang ramai. Jadi kalau mendengar suara ramai itu dia akan pergi ke arah yang sepi,” kata dia.
Ikuti terus berita dan artikel Lampost.co lainnya di Google News.