PANARAGAN (Lampost.co) — Wakil Bupati Tulangbawang Barat (Tubaba) Fauzi Hasan mewanti-wanti kepala tiyuh atau desa untuk berhati-hati menggunakan Dana Desa (DD). Jika salah langkah maka akan diprotes warga dan berurusan dengan hukum.
“Saya berharap tidak ada kepala tiyuh di kabupaten ini sekolah (masuk bui) karena menyalahgunakan DD,” ujar Fauzi Hasan saat membuka Musrenbang tingkat kecamatan Tulangbawang Tengah, di balai tiyuh Panaragan, Rabu, 5 Februari 2020.
Dia mengatakan penggunaan dana desa selain mewujudkan bentuk fisik, aparatur tiyuh juga harus tertib administrasi dengan menyiapkan berkas SPj sebagai bentuk pertanggungjawaban penggunaan DD.
“Artinya apa? Aparatur tiyuh harus paham ini. Agar tidak muncul masalah saat dilakukan pemeriksaan. Dana desa ini banyak yang memperhatikan, artinya jangan main-main kalau gak mau sekolah,” kata dia.
Dalam pemanfaatan dana desa, dia berharap dapat dilakukan dengan skalaprioritas sesuai dengan hasil musyawarah ditingkat tiyuh. Selain itu, penggunaannya juga harus tepat sasaran dan bermanfaat langsung untuk masyarakat.
“Jangan sampai hasil pembangunan diprotes warga karena hasilnya jelek dan jadi ejekan dan cibiran warga,” tambahnya.
Untuk mewujudkan pembangunan yang baik, aparatur tiyuh diharapkan dapat berkoordinasi dengan SKPD terkait. “Saya sangat salut dengan pak Bachtiar dan Umar. Dua tokoh ini kalau membangun tidak ecek-ecek. Tapi, dilakukan dengam total dan hasilnya menjadi kebanggaan masyarakat. Harapan saya, aparatur tiyuh dapat meniru kedua tokoh ini agar hasil pembangunan didesa menjadi kebanggaan masyarakat dengan memanfaatkan potensi tiyuh,” ungkapnya.
Terkait dengan Musrenbang, Fauzi berharap dalam forum tersebut aparatur tiyuh dapat mengusulkan prioritas pembangunan ditingkat kecamatan untuk ditindaklanjuti dalam Musrenbang di tingkat kabupaten.
“Hari ini, kita musyawarah untuk menentukan pembangunan 2021 harapan saya Musrenbang ini dapat dimanfaatkan tiyuh untuk mengusulkan pembangunannya,” kata dia.
Kepala tiyuh Pulungkencana Hendrawan meminta pemkab dapat mendukung pembangunan di tiyuhnya. Terutama program pengelolaan sampah pasar dan sampah rumah tangga. “Kami mau membuat pabrik pengelolaan sampah. Tapi, kami terkendala dengan pembelian mesin gilingnya karena harganya tidak bisa dijangkau dengan dana desa. Untuk lahan dan alat pendukungnya kami siap,” usulnya.