Bandar Lampung (Lampost.co)—Sebuah pencapaian bersejarah diraih oleh Politeknik Negeri Lampung (Polinela) dengan diperolehnya dua sertifikat Hak Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI). Sertifikat tersebut diserahkan langsung kepada Anung Wahyudi, S.P., M.Sc., Ph.D., didampingi oleh Kepala Penelitian Pengabdian Masyarakat (P2M) Polinela, Dr. Yana Sukaryana, pada Jumat, 20 DEsember 2024 di Kantor Kementan RI.
Keberhasilan ini menjadi pencapaian pertama dalam sejarah Polinela sejak didirikan pada tahun 1984. “Ini merupakan kado akhir tahun yang sangat membanggakan bagi kami,” ujar Direktur Polinela, Prof. Dr. Ir. Sarono, M.Si., dalam keterangannya. Capaian ini diharapkan menjadi inspirasi bagi dosen muda untuk terus berkarya dan berinovasi.
Varietas Unggul Melon Makuwauri
Dua varietas melon yang mendapatkan sertifikat PVT adalah Ougan Makuwauri dan Ginsen Makuwauri. Varietas ini dikembangkan melalui riset pemuliaan tanaman sejak 2018 di Teaching Factory (Tefa) Seed Teaching Farm (STEFA) Polinela. Penelitian dipimpin oleh Anung Wahyudi, S.P., M.Sc., Ph.D., yang juga menjabat sebagai Koordinator Program Studi Teknologi Perbenihan, Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Polinela.
Proses pemuliaan dilakukan menggunakan metode seleksi pedigree, bukan melalui rekayasa genetika. “Kami telah mengembangkan empat calon varietas unggul baru tanaman melon. Alhamdulillah, dua di antaranya berhasil mendapatkan sertifikat PVT yang berlaku hingga 20 tahun sejak 12 Desember 2024,” jelas Anung Wahyudi.
Melon Makuwauri memiliki keunggulan rasa yang sangat manis, aroma harum, bentuk unik, serta kandungan vitamin C yang tinggi. Dalam budidaya, melon ini dapat dipanen hingga 5–10 buah per tanaman dengan bobot rata-rata 300–600 gram per buah. Panen dapat dimulai pada usia 40 hari setelah tanam (HST) dan berlanjut hingga 65 HST, baik dalam skala greenhouse maupun lahan terbuka.
Dampak Positif dan Harapan Ke Depan
Anung Wahyudi menyatakan harapannya agar varietas melon bersertifikat ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas, termasuk petani dan pelaku industri hortikultura. “Semoga ini menjadi motivasi bagi para peneliti untuk tidak hanya berkarya tetapi juga memperjuangkan hasil karya hingga mendapatkan pengakuan resmi seperti PVT,” katanya. Ia juga membuka peluang kolaborasi dengan industri hortikultura Indonesia untuk pengembangan kedua varietas melon tersebut.
Direktur Polinela menambahkan bahwa pencapaian ini merupakan contoh nyata dari riset terapan yang berhasil diimplementasikan oleh peneliti vokasi. “Ini menjadi momentum bagi seluruh dosen peneliti muda untuk terus berinovasi menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkelanjutan,” tegasnya.
Keberhasilan ini menegaskan komitmen Polinela sebagai institusi pendidikan tinggi vokasi berbasis pertanian untuk terus mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pertanian, khususnya dalam menghasilkan varietas unggul yang memberikan nilai tambah bagi masyarakat dan industri.