Bandar Lampung (Lampost.co)–Universitas Bandar Lampung (UBL) sukses menggelar Kick Off Program Sustainable Development Goals (SDGs) South-South and Triangular Cooperation (SSTC) Phase II yang diikuti dengan diskusi publik bertema Mewujudkan Kota dan Permukiman Berkelanjutan melalui Pendekatan Partisipatif. Acara yang berlangsung di Auditorium UBL pada Kamis, 23 Januari 2025 ini dihadiri akademisi, pemerintah, sektor swasta, komunitas, serta mahasiswa.
Kegiatan ini bertujuan memperkuat pendekatan kolaboratif dalam perencanaan kota dan permukiman berkelanjutan, sejalan dengan tujuan ke-11 SDGs: Kota dan Komunitas Berkelanjutan. Program SSTC Phase II diharapkan mendorong kerja sama berbagai pihak dalam mengembangkan solusi inovatif yang inklusif.
Salah satu inisiatif utama adalah Kemitraan Multi Pihak untuk Inovasi SDGs 11 di Provinsi Lampung (KEM11LAU), yang bertujuan menciptakan kota yang lebih inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Program ini mendapat dukungan dari pemerintah Jerman melalui Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit GmbH (GIZ).
Pandangan Para Pemangku Kepentingan
Rektor UBL, Prof. Dr. Ir. M. Yusuf Sulfarano Barusman, MBA, menekankan perlunya perubahan paradigma dalam pembangunan kota. “Banyak wilayah perkotaan belum dirancang sesuai kebutuhan masyarakat dan tantangan masa depan. Kita perlu mengintegrasikan pendekatan partisipatif yang melibatkan pemerintah, akademisi, swasta, dan komunitas lokal,” ujarnya.
Sementara itu, Dr. Eng. Fritz Akhmad Nuzir, ST., MA, Kepala SDGs Center UBL, menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor. “Pendekatan partisipatif memastikan solusi yang diimplementasikan benar-benar mencerminkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. SSTC Phase II akan menjadi platform berbagi pengalaman dan memperluas jaringan kerja sama,” jelasnya.
Marvel J. P. Ledo, Penasihat GIZ untuk Kemitraan Inklusif, turut menekankan urgensi kerja sama dalam pembangunan berkelanjutan. “Sinergi antara kebijakan, teknologi, dan keterlibatan masyarakat sangat penting agar tujuan SDGs dapat tercapai secara efektif,” ungkapnya.
Diskusi publik menghadirkan berbagai perspektif kritis dan inspiratif dari panelis serta melibatkan peserta dalam merumuskan solusi praktis bagi pembangunan kota dan permukiman. Salah satu isu mendesak yang dibahas adalah permasalahan banjir di kawasan perkotaan Lampung. Dengan adanya forum ini, diharapkan tercipta langkah konkret dalam mengatasi tantangan perkotaan serta mewujudkan pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.