Muhartono mampu membiayai sendiri pendidikan profesi dokter yang dia ambil.
BERASAL dari keluarga petani membuat pria satu ini harus berjuang ekstrakeras menggapai cita-citanya. Kemampuan dan ketekunannya membuat kedua orang tuanya yakin anaknya bisa menjadi seorang dokter, profesi yang oleh sebagian orang dianggap hanya untuk kelas berada.
Kini Muhartono mewujudkan mimpi kedua orang tuanya tersebut. Sejak kecil anak kedua dari pasangan Soedarmo dan Musinah ini memang sudah menonjol dalam bidang akademik. Ia selalu menjadi bintang kelas sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD) hingga SMA. Prestasinya inilah yang membuat kedua orang tuanya selalu semangat untuk membanting tulang lebih keras agar anaknya dapat melanjutkan hingga perguruan tinggi.
Terlahir di Desa Lengkong, Nganjuk, Jawa Timur, Muhartono menghabiskan banyak waktu kecilnya untuk membantu kedua orang tuanya. Membantu sang ayah di sawah dilakukan sepulang sekolah. Pagi sebelum berangkat Muhartono harus membuka warung ibunya di pasar.
Setelah menamatkan sekolahnya di SMA Negeri 2 Nganjuk, pria yang lahir 8 Desember 1970 ini sempat berkuliah di Jurusan Teknik Kimia Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang. Namun, karena keyakinan dan keinginan kedua orang tuanya agar anaknya bisa menjadi dokter, Muhartono kembali mengikuti tes di Fakultas Kedokteran Unibraw.
“Saya hanya dapat bersyukur, mungkin inilah jalan Allah yang memang disampaikan melalui kedua orang tua saya,” ujar pria yang mengaku menggemari klub sepak bola Barcelona ini.
Ia juga sangat bangga dengan kedua orang tuanya. Sebab, meskipun tidak berasal dari keluarga yang cukup berada, mereka sangat mendukung anaknya untuk dapat menempuh pendidikan tinggi.
Menempuh pendidikan dokter pada saat itu tidak selamanya berjalan mulus. Muhartono sadar akan biaya pendidikan kedokteran yang memang tidak bisa dibilang murah. Beban keluarganya makin berat ketika sang adik juga mulai menempuh kuliah di Jurusan Kesehatan Masyarakat. Di tengah kesulitan tersebut, Muhartono berikhtiar dengan mengajukan beasiswa ke beberapa program beasiswa yang ada di kampus dan luar kampus.
“Alhamdulillah, berkat nilai akademik saya saat itu, beberapa beasiswa saya terima, termasuk beasiswa program dari Jepang,” kata Muhartono, yang aktif di senat mahasiswa saat kuliah ini.
Beasiswa penuh diterima Muhartono sejak semester tiga. Dari beasiswa tersebut dia ikut meringankan beban kedua orang tuanya hingga dapat membiayai SPP adiknya. Tidak hanya itu, dari beasiswa yang didapatnya, Muhartono mampu membiayai sendiri pendidikan profesi dokter yang dia ambil. Hingga pada akhirnya, Muhartono yang hanya seorang anak petani mampu menamatkan kuliah dan menjadi dokter.
Profesi dokter yang disandangnya membuat Muhartono ingin selalu mengabdi kepada masyarakat luas. Tidak hanya mengobati pasien yang sakit, ayah dari empat anak ini juga menjadi dosen di beberapa perguruan tinggi yang ada di Lampung. Hal ini dilakukannya lantaran hobinya mengajar atau membagikan ilmu kepada orang lain yang dilakukannya sejak sekolah.
Muhartono bercerita, dahulu ketika di bangku sekolah, dia dalam belajar kelompok lebih suka menerangkan kepada teman-temannya dari pada mendengarkan. Sejak saat itu Muhartono mengaku senang membagikan ilmu kepada siapa saja, termasuk kepada teman dan keluarga.
Dokter spesialis patologi anatomi ini mengaku kegiatannya lebih berwarna ketika dirinya juga menjadi dosen. Muhartono sempat menjadi dosen di beberapa tempat, seperti Akper Darmawacana Metro, Akper Baitul Hikmah, hinga Universitas Malahayati.
Akhirnya, kesenangannya mengajar tersebut mengantarkan Muhartono menjadi dosen tetap sekaligus pembantu dekan I di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Muhartono bukan tanpa alasan memilih untuk menjadi dosen selain sebagai dokter.
Dia memiliki pandangan ada tiga profesi yang mulia di dunia ini, yaitu guru, setelah itu dokter, dan ketiganya adalah kiai. Kini, dia sudah menjalankan kedua profesi yang dianggapnya mulia. “Untuk profesi yang ketiga memang dirasa cukup berat,” ujar Muhartono, sambil mengumbar senyum.
Ahli Mendiagnosis Kanker
USAI menamatkan pendidikan dokternya di Universitas Brawijaya, Malang, Muhartono langsung memutuskan untuk mengabdi melalui program pegawai tidak tetap (PTT) yang diadakan oleh pemerintah. Lampung menjadi tempat berhijrah untuk pengabdiannya sekitar tahun 1998.
Ditempatkan di salah satu puskesmas di daerah Bantul, Kota Metro, Muhartono yang kini menjadi salah satu dokter spesialis diagnosis kanker ini merintis jalannya dengan penuh sukacita. Dia pun memutuskan menikah pada usia 27 tahun.
Muhartono membangun keluarga kecilnya dengan semangat dan kerja keras. Pengabdiannya di puskesmas dan ditambah aktivitas mengajar di beberapa akademi keperawatan dan universitas di Lampung membuatnya tertarik untuk menempuh pendidikan magister.
Muhartono menggambarkan keadaan keluarganya pada saat itu masih terbilang belum mapan. “Rumah kami masih bata merah, anak saat itu dua orang dan memang masih membutuhkan biaya untuk asupan pertumbuhan,” kata dia.
Namun, dengan dukungan istrinya, Muhartono memutuskan untuk melanjutkan kuliah dengan menempuh pendidikan magister dan spesialis di Universitas Padjadjaran, Bandung. Demi membiayai pendidikannya itu, Muhartono harus menjual mobil Timor hasil kerja kerasnya. “Saat itu memang masa-masa paling berat dalam hidup saya,” ujar dia.
Dengan berat dia meninggalkan istri dan kedua anaknya hanya dengan mengandalkan gaji bulanannya sebagai dosen. Belum lagi biaya pendidikan magister dan spesialis yang tergolong mahal harus membuatnya mencari sumber pendapatan lain.
Muhartono akhirnya memilih untuk menjadi dokter praktik dari satu balai pengobatan ke balai pengobatan lain, sekadar untuk membiayai kebutuhan sehari-harinya. Untuk menekan pengeluaran, tidak jarang Muhartono berpuasa.
Usahanya berbuah manis. Muhartono yang menempuh program magister dan spesialis dalam keterbatasan itu berhasil lulus dengan predikat cumlaude, dengan IPK 3,96. Selain meraih gelar magister, Muhartono juga mendapatkan gelar spesialis patologi anatomi yang juga menjadi rujukan dalam diagnosis kanker.
Kini, Muhartono cukup berperan besar dalam dunia kesehatan di Lampung. Sebagai ahli diagnosis kanker, Muhartono selalu menjadi rujukan atas kasus yang terjadi. Dia selalu mengimbau masyarakat untuk segera memeriksakan diri jika terjadi tonjolan di sekitar anggota tubuh. “Kanker sebenarnya penyakit yang bisa diobati.”
Menurut dia, saat ini penyakit tumor ganas sebutan lain kanker memang dapat menyerang siapa saja. Penyakit ini dapat disebabkan karena radiasi, toksin, atau virus. Namun, untuk di Lampung sebagian besar penderita kanker adalah wanita.
Ada berbagai jenis kanker, seperti kanker rahim dan kanker payudara, yang sering terjadi pada wanita. “Diagnosis awal menjadi penyelamat untuk mengatasi keganasan penyakit yang menjadi pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung ini,” kata Muhartono.
Biodata
Nama : dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.P.A.
Lahir : Nganjuk, 8 Desember 1970
Agama : Islam
Istri : Sri Suharti
Anak :
- Muhammad Reqza Pratama
- Nanda Cynthia Huzna
- Muhammad Naufal Fawwas
- Kirana Safira Uzdah
Alamat : Jalan Letjen S. Parman, RT 001/RW 001, Rejomulyo, Metro Selatan, Metro
Pendidikan :
- SDN Lengkong Nganjuk (lulus 1984)
- SMPN Nganjuk (lulus 1987)
- SMAN 2 Nganjuk (lulus 1990)
- Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang, Program Pendidikan Sarjana Kedokteran (lulus 1995)
- Program Pendidikan Profesi Dokter (lulus 1998)
- Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Magister Kesehatan (lulus 2008)
- Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Spesialis Patologi Anatomi (lulus 2007)
Riwayat Pekerjaan :
1.Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (2001?sekarang)
2.Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati (1998?2001)
3.Dosen Akademi Keperawatan Darma Wacana Metro (1998?2001)
4.Dosen Akademi Keperawatan Baitul Hikmah (1999?2000)
5.Dokter Spesialis Patologi Anatomi RSUD Abdul Moeloek (2008?sekarang)
6.Dokter Spesialis Patologi Anatomi RS Urip Sumoharjo (2008?sekarang)
7.Dokter Spesialis Patologi Anatomi RS Bumi Waras (2009?sekarang)