Menjadi dosen dan akhirnya bergelar profesor sebelumnya tak disangka oleh Suharno. Berkat kerja keras dan kemandiriannya, profesor ahli bencana dan panas bumi ini semakin dapat berbuat banyak hal. Dengan bekal yang ia miliki, kini Suharno hanya ingin bermanfaat untuk orang lain.
MENGIKUTI kepindahan orang tua sudah dijalani Suharno kecil. Sejak berumur satu tahun, pria kelahiran Surakarta, 16 Juli 1962, ini turut berhijrah bersama orang tuanya. Dari daerah Surakarta, Jawa Tengah, keluarga Suharno pindah ke Lampung sekitar 1963.
Orang tua Suharno pindah dengan maksud memperbaiki kehidupan keluarga. Tanah garapan yang dimiliki di tempat asal dirasa tidak cukup untuk bisa membiayai hidup keenam anaknya. Suharno pun tumbuh dan besar di daerah Sukoharjo, daerah transmigrasi yang kini bagian dari Kabupaten Pringsewu.
Masa-masa kecil Suharno dilalui berbeda dengan anak seusianya. Selain bermain, Suharno juga harus membantu kedua orang tuanya bekerja. Ayahnya seorang petani yang sekaligus berdagang. Suharno sejak kecil sudah dilatih untuk mandiri dengan membantu kerja orang tuanya untuk berdagang.
Sejak duduk di bangku SMP, Suharno sudah sering ikut melakukan usaha orang tuanya itu. Berkeliling dari kampung ke kampung untuk membeli berbagai hasil bumi menjadi rutinitas Suharno kecil. Dengan mengayuh sepeda Suharno membeli kopi, lada, hingga jahe yang kemudian dijualnya kembali ke pedagang yang lebih besar. Sebelum bersekolah, putra bungsu dari enam bersaudara ini juga harus membantu orangnya yang memiliki usaha kopra di rumah.
Aktivitas cukup padat yang harus dijalani Suharno tidak membuat sekolahnya terhambat. Meski dirinya sekolah sambil berdagang, alumnus SMAN 1 Pringsewu ini mengaku selalu menjadi juara kelas sejak di sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.
Pengalaman menarik pernah dialami Suharno. Saat duduk di kelas VII SMP, ia mengaku pernah bolos pelajaran Fisika karena lebih memilih berdagang di waktu pasaran di desanya. Alhasil, Suharno mendapat panggilan dari kepala sekolahnya yang juga guru Fisika. Suharno mengaku sempat dimarahi oleh kepala sekolah hingga dirinya disuruh mengerjakan tugas Fisika dari gurunya tersebut.
Karena kepandaiannya dalam perhitungan, Suharno mampu mengerjakan seluruh soal tersebut dengan benar, akhirnya sang kepala sekolah tak jadi marah. Meski perekonomian keluarganya semakin mapan dan kedua orang tuanya cukup mampu untuk membiayai sekolahnya, Suharno memang sudah terbiasa mandiri. Saat duduk di bangku SMA, kegiatan berdagang tetap Suharno jalani. Uang hasil berdagangnya tersebut digunakan untuk kebutuhan pribadinya dan sebagian untuk membeli buku pelajaran.
Kemandirian Suharno semakin terasa usai dirinya lulus sekolah dan diterima di Universitas Gajah Mada (UGM) di Yogyakarta. Suharno pada saat itu diterima melalui jalur tes. Dirinya indekos di daerah sekitar kampus. Hingga menjadi mahasiswa, Suharno memang tidak meninggalkan usahanya yang sejak dulu sudah dijalani. Orang tuanya di kampung jarang mengiriminya uang, tetapi Suharno lebih sering dikirimi barang barang hasil bumi. Jadi, sambil berkuliah pun Suharno masih terus berbisnis.
Baru saja menyelesaikan sarjana mudanya di jurusan Fisika, Suharno memutuskan bekerja di salah satu perusahaan pertambangan. Satu bulan bergabung dengan perusahaan tersebut, Suharno memilih untuk melanjutkan pendidikannya. Selain mengaku tidak betah karena hampir satu bulan berada di lepas pantai, tekad untuk melanjutkan pendidikannya juga lebih tinggi.
Usai menamatkan pendidikannya di UGM, Suharno memutuskan menjadi dosen. Meski saat itu tawaran bekerja di perusahaan cukup banyak, Suharno memilih menjadi tenaga pengajar di Universitas Tri Sakti Jakarta, sebagai dosen teknik industri. Selain menjadi dosen Tri Sakti, Suharno juga menjadi pengajar di Universitas Lampung.
Kini mengajarkan ilmu yang sudah pernah didapatkannya menjadi pilihan pria yang mengaku bercita-cita menjadi duta besar ini sewaktu kecil. Ingin bermanfaat kepada banyak orang yang menjadi cita-citanya kini sepertinya sejalan dengan profesi yang sedang dijalani oleh ayah dari sembilan anak ini.
Gelar profesor yang kini disandangnya bukanlah tanpa perjuangan mudah. Namun, perjalanan hidupnya semakin membuat Suharno memiliki banyak bekal yang kini ingin dirinya bagikan sebagai manfaat kepada masyarakat.
Ingin Membina Generasi Muda
BERKACA dari perjalanan hidupnya, Suharno kini menginginkan generasi muda masa kini lebih mandiri dan bisa berbuat banyak untuk orang lain. Hal itu disampaikan Suharno bukan sebatas kata-kata. Kini dirinya selain aktif mendidik generasi muda melalui pendidikan formal di Universitas Lampung sebagai dosen, ia juga telah mendirikan yayasan pendidikan Nurul Huda Lampung. “Allhamdulillah, saat ini ada beberapa generasi muda yang belajar dan berproses di sekolah saya” ujar Suharno.
Tak hanya pemuda dari Lampung, tetapi beberapa pemuda luar daerah menuntut ilmu di yayasan yang berlokasi di Natar, Lampung Selatan, ini. Yayasan yang digagasnya ini merupakan lembaga pendidikan yang memadukan antara pendidikan agama dengan pendidikan formal.
Suharno memang membuat konsep bahwa generasi muda tidak hanya belajar tentang pendidikan formal yang cenderung fokus ke penilaian akademik, tetapi juga spiritual. Sebab, menurut pria yang juga ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia Sumbagsel ini, kecerdasan manusia harus seimbang antara kecerdasan intelegensi, spiritual, dan sosial.
Suharno menceritakan di sela-sela perkuliahan juga dirinya tak hanya memberikan materi perkuliahan sebatas teori, teknik, dan lain-lain, tetapi dirinya mengaku lebih sering memberikan mahasiswanya berbagai pengalaman hidupnya yang bisa dijadikan contoh sebagai bekal hidup bagi orang lain.
Salah satu nilai kehidupan yang selalu diterapkan dalam perkuliahannya adalah disiplin. ?Saya tidak akan mengizinkan mahasiswa saya masuk kelas jika saya sudah masuk,? ujar Suharno menegaskan. Sebba, nilai kedisiplinan memang perlu dimiliki generasi muda.
Kini Suharno memang memiliki banyak aktivitas, tetapi dirinya merasa bahagia karena kini dirinya bisa semakin berbuat banyak untuk dirinya, keluarga, dan orang lain. Dirinya juga berharap kelak generasi muda binaannya bisa berbuat lebih banyak dari dirinya untuk membangun negeri.
BIODATA
Nama : Prof. Drs. Suharno, B.Sc., M.S., M.Sc., Ph.D.
Lahir : Surakarta, 17 Juli 1962
Agama : Islam
Ayah : Hadi Suwarno
Ibu : Sutarni
Istri : Indarwati
Anak :
- Akroma Hidayatika
- Medi Kurnia Putri
- Roro Nimas Anisa Solihah
- Danan Samudra Wicaksono
- Roro Ayu Martines Trisis N.H.
- Salsabila Tamara Ajwa
- Roro Putri Azizah
Alamat : Jalan Cempaka 293 Bataranila, Rajabasa, Bandar Lampung
Pendidikan:
- SD Sukoharjo
- SMP Sukoharjo
- SMAN 1 Pringsewu
- B.Sc. Fisika UGM 1983
- Drs. Geofisika UGM 1986
- M.S. Geofiaika/Gunung Api, UGMM 1991
- Dip. Geoth.Sc., Auckland Univ. New Zealand 1998
- M.Sc. Geology/Geothermal, Auckland Univ. New Zealand 2000
- Ph.D. Geology/Geothermal, Auckland Univ. New Zealand 2003
Pekerjaan:
- Total Indonesia, 1985
- USI/IBM, 1986
- Dosen Universitas Trisakti Jakarta, 1986?1987
- Dosen Universitas Lampung 1987?sekarang
- Ketua Seksi Laboratorium Fisika Bidang Optik Universitas Tri Sakti, Jakarta, 1986?1987
- Kepala Laboratorium Elektronika, FMIPA Unila 1991?1998
- Pembantu Dekan I, FMIPA Unila, 2005?2009
Penghargaan:
- 2013. Certificate of Appreciation in Contribution and Valuable Support for Geothermal Energy Development in Rajabasa, Suprame Energy
- Piagam Penghargaan Perkuliahan Terbaik III Tingkat Universitas T.A. 2011/2012, UPT-Pusat Penjaminan Mutu Universitas Lampung, 24 September 2012
- Piagam Tanda Kehormatan dari Presiden Republik Indonesia Satyalancana Karya Sapta 20 Tahun, 2 Mei 2008
- Piagam Penghargaan dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sebagai Penilai Buku Teks Pelajaran Fisika, 15 Maret 2007
- Penghargaan dalam rangka persatuan dan kesatuan wawasan nusantara dari Pemerintah Republik Indonesia (wali kota Sabang), 27 Juli 2007
- Piagam tanda kehormatan dari Presiden Republik Indonesia Satyalancana Karya Sapta 10 Tahun, 2 April 2005 (dan masih ada tujuh piagam penghargaan lainnya)
Kerja sama:
- GFZ Jerman (internasional)
- BMKG (nasional)
- Asosiasi Panas Bumi Indonesia (nasional)
- PD Petani Kakao Lampung (regional)
- Distamben Provinsi Lampung (regional)
- Dinas Pertanian dan Perebunan Kabupaten Pesisir Barat, Lampung (regional)
- Badan Geologi (nasional)
- Lapan (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) (nasional)
- BPPT (Badan Penelitin dan Pengembangan Teknologi) (nasional)
- LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) (nasional)
- Batan (Badan Tenaga Atom Nasional) (nasional)
Organisasi:
- Ketua Yayasan Nurul Huda Lampung (memiliki unit-unit: 2 pondok pesantren, 1 diniyah, 2 TK, 1 SD, 1 SMP, dan Paket A, B & C) (SK Menkumham/on going)
- Sentra Komunikasi (Senkom) Mitra Polri, Wanhat (on going)
- Persinas ASAD (anggota IPSI), Wanhat (on going)
- Sekretaris Kordinator Bidang MIPA Perguruan Tinggi BKS Barat, 2005?2009
- Asosiasi Penyelenggara, Pengembang, dan Pendukung Pendidikan Khusus untuk Siswa Berbakat Istimewa (Asosiasi CI+BI), Ketua Dewan Pakar (on going)
- Ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia Komda Sumbagsel, 2003?sekarang
- Anggota Hipunanan Ahli Geofisika Indonesia, 1986?sekarang
- Anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia, 2003?sekarang
- Presiden the Islamic Dakwah of New Zealand, periode 1999?2000 dan periode 2002-2003
- Pengelola PTDI (Pendidikan Tinggi Dakwah Islam) di Masjid Suhada? Yogyakarta, 1984
- Koordinator Dakwah Rayon Sleman Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) Daerah Istimewa Yogyakarta, 1984
- Aktif dalam pendalaman nilai-nilai dasar Islam (PNDI) Masjid Mardiyah UGM, 1983
- Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), anggota, 1982?1984
- Pengurus Pengajian Mahasiswa Shalahudin UGM, 1980?1982