Berasal dari keluarga tak mampu, ia menjadi salah satu guru besar termuda di Lampung.
TEMAN TEMAN Suharso di SD Negeri 6 Tanjungkarang, Bandar Lampung, mengenalnya sebagai pribadi yang bandel, susah diatur tapi juga solider. Tak jarang Suharso kecil berkelahi demi membela kawan sepermainan.
Tapi perangainya ini tak berlangsung lama. Kala duduk di kelas IV, kenakalan Suharso berbuah cubitan dari Irene sang guru kesayangannya. Selain mendapatkan hukuman, ia pun menuai petuah dari sang guru. Sejak itu sikapnya berubah 360 derajat.
Wejangan Ibu Irene mematik kesadarannya. Sebagai sulung dari tujuh bersaudara, Suharso diingatkan akan bebannya membantu perekonomian keluarga sangat diperlukan, tentu lewat jalur pendidikan tinggi. Perangainya saat itu tentu takkan berarti apa-apa bagi masa depannya kelak.
Becermin dari peristiwa itu, dia mulai termotivasi selalu mengutamakan pendidikan sebagai jalan hidup mengejar kesuksesan. Perlahan tapi pasti, Suharso muda menanggalkan kebengalannya itu menjadi rasa lapar luar biasa akan pengetahuan dan capaian prestasi akademik.
Nasihat bijak berpadu semangat seolah memutar roda nasibnya. Kini masyarakat mengenalnya sebagai Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung (Unila). Dalam ranah akademik, ia pun menyandang gelar profesor. Guru besar bidang kimia pada almamaternya semasa kuliah dulu.
Namun, cerita mengenyam pendidikan tinggi hingga bergelar profesor tentu tak bergulir dengan mudah bagi anak seorang kuli bangunan ini. Sengsara hidup tetap dilalui setapak demi setapak. “Untuk menjadi seorang yang luar biasa harus bersumber dari perjalanan hidup yang tak kalah luar biasanya,” ujar Suharso melukiskan jalan hidupnya.
Suharso terkenang usai menamatkan SMA. Untuk masuk perguruan tinggi, dia berusaha mengikuti kursus sambil bekerja membantu ayah sebagai kuli bangunan. Tak hanya itu, dia juga bekerja serabutan menjadi kenek bus, bekerja di bengkel, pencuci mobil orang, hingga menjadi guru privat.
Semua itu dilakukan dengan upah per bulan. Hasil semuanya itu untuk membiayai sekolah hingga tamat. “Sepulang kerja petang hari, saya mendatangi teman-teman dan mengumpulkan catatan mereka untuk dipelajari autodidak lantaran tak memiliki buku teks untuk belajar,” ujarnya.
Namun, di balik letih dan peluhnya memperjuangkan hidup, lelaki kelahiran Bandar Lampung, 30 Mei 1969 ini mampu menorehkan prestasi akademik. Sejak SMP hingga SMA, juara umum tak pernah menjauh darinya. Karakternya pun berkembang lewat aktivitas keorganisasian. Ketua Pramuka, PMR se-Bandar Lampung pernah ia sandang.
Tatkala pintu seleksi masuk perguruan tinggi negeri (PTN) dibuka. Suharso menautkan pilihan pada Universitas Lampung (Unila) dengan jurusan ilmu kimia murni yang memang menjadi mata pelajaran favoritnya kala SMA. Saat pengumuman Suharso dinyatakan lulus. Tapi, di balik kabar baik itu kegalauan justru muncul ke permukaan. “Lalu bagaimana dengan uang masuk kuliah,” kata dia ketika itu.
Sebagai orang kekurangan ekonomi, Suharso mengaku pantang meminta. Itu sikapnya sejak kecil. Meski demikian, secercah harapan pun datang. Keluarga salah seorang sahabatnya mengetahui kesulitannya ketika itu.
Suharso akhirnya dibantu biaya pendaftaran masuk kuliah oleh keluarga sahabatnya semasa SMA itu.
Berangkat cita-cita sebagai tentara. Tetapi sejak masuk PTN dia mengalihkan profesi sebagai dosen. Baginya, hal itu peluang mengingat di zaman itu masih sedikit dosen yang lulusan Unila. Banyak pihak yang menyayangkan karena dia lebih mengambil peran sebagai dosen kimia dibandingkan aktivis kampus. Tapi Suharso mampu membuktikan jika pilihannya itu tak salah dengan statusnya kini. (S3)
Bermodal Kemahiran Mengatur Waktu
SUHARSO dikenal sebagai sosok yang tekun dan berotak encer. Terbukti, saat mahasiswa ia dinobatkan sebagai lulusan sarjana Kimia tercepat angkatan pertama pada 1993 Unila. Saat itu, dia berpacu menjadi terbaik di antara teman-temannya. Bermodal kemahirannya mengatur waktu, Suharso kala itu menjadi sarjana termuda di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Selain berprestasi di akademik, Suharso juga dikenal sebagai aktivis. Berbagai jabatan disandangnya mulai dari ketua angkatan, gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas, hingga wakil presiden BEM Universitas.
Bermodal kecakapannya pada kegiatan intra maupun ekstrakurikuler, Suharso selalu mendapatkan beasiswa selama kuliah. Padahal, dia tidak pernah menuntut atau berharap. Selanjutnya, setelah lulus S-1, dia langsung diangkat menjadi dosen Kimia.
Tak hanya itu, dia juga mendapatkan dua SK sekaligus, yakni SK tunjangan ikatan dinas dan SK ikut tes PNS. Sejak itu, dia sudah kepikiran melanjutkan jenjang studi S-3 dan kuliah ke luar negeri. Untuk mewujudkan impiannya, sembari mengajar ia rajin mengikuti kursus bahasa Inggris melancarkan komunikasinya dalam berbahasa internasional tersebut.
Setelah mengajar beberapa tahun, kariernya makin menanjak. Ia pun didapuk menjadi sekretaris jurusan atas rekomendasi Dekan FMIPA saat itu Siti Sujarmi.
Saat itulah, ia pun mendapat bantuan Bank Dunia untuk melanjutklan kuliah S-2 di Perth dan Melbourne, Australia. Dosen kimia organik ini mengambil di Perth karena banyak komunitas Indonesia. Pada zaman itu pula runtuhnya masa Presiden Soeharto sehingga dana untuk hidup di Australia terhambat dikeluarkan.
Dia pun menyambi kerja serabutan dengan memperoleh hasil sebanding dengan jumlah biaya beasiswa di Australia. Bahkan, dengan sedikit kelebihan ditabung sebagai modal kebutuhan hidup di negeri orang selama lima tahun lebih.
Karena prestasinya, jenjang S-2 langsung dikonversi menjadi S-3. Namun, dia diminta pulang karena staf dosen di Unila kurang. Akhirnya, dia meminta pembimbingnya untuk mengusahakan agar menyelesaikan S-3 dalam waktu satu tahun ke depan.
Sepulang menyelesaikan S-3, Suharso mendapat banyak kemudahan. Saat itu, Rektor Unila Muhajir Utomo mulai mempromosikan Suharso menjadi guru besar sejak 2007. Terhitung 2009, namanya masuk. Selama dua bulan dengan tanpa lelah dia bisa mencapai guru besar.
Memang kelihatannya ajaib, tetapi Suharso bisa membuktikan dengan ikut kompetensi ujian guru besar di Jakarta, Agustus. September dirapatkan, 1 Oktober 2009 ditandatangani SK menteri setelah ada peralihan Mendiknas dari Bambang Sudibyo ke Muhammad Nuh, hingga dikukuhkan menjadi guru besar setahun berikutnya.
Tak lama menjadi guru besar, berbekal visi-misinya ingin membangun FMIPA Unila lebih baik, pada 2011 Suharso terpilih memimpin menjadi dekan FMIPA hingga 2015.
Dia mengaku semangat bekerja keras sejak kecil untuk mengejar obsesinya tidak pernah luntur. Tak hanya itu, dia juga dibekali kearifan dalam opsi jalan hidup sehingga membuat langkahnya hingga kini jarang salah.
Sebagai salah satu guru besar termuda di Lampung, Suharso mempunyai kunci sukses, yakni visi dan cita-cita yang dijalankan. Semakin matang menuliskan harapan untuk diusahakan menjadi kenyataan sejak SMA, sebab itu ketika masuk dunia usaha sudah terpatri ingin sukses lewat jalur profesi mana. Selain itu, fokus bekerja dan sungguh-sungguh dalam menghadapi persoalan bisa menimbulkan sikap konsisten meraih cita-cita.
Kemudian, lewat prinsip pola pikir ke depan menjadikan Suharso pribadi yang tidak hanya berpikiran futuristik, tetapi juga kreatif dan inovatif. Dengan kedewasaan sikap itu juga membuatnya semakin matang menyikapi hidup di tengah persaingan di era saat ini.
Biodata
Nama : Prof. Suharso, S.Si., Ph.D.
Lahir : Bandar Lampung, 30 Mei 1969
Istri : Ida Fitriani Dwiyanti
Anak:
- Sulaksana Hasan Rabbani (S-1 Hubungan Internasional Unila, semester I, 17 tahun)
- Sawsan Latifa Suharso (SMP Alkautsar, kelas VII, 13 tahun)
- Anisah Mufiidah (SD Alkautsar, kelas VI, 11 tahun)
- Ghilman Nur Ramadani (SDIT Permata Bunda 3, kelas III, 9 tahun)
- Riwayat Pendidikan
- Pendidikan Formal
No Jenjang Pendidikan Kota Tahun Lulus Bidang Studi
1 SD Negeri 6 Tanjungkarang Bandar Lampung 1983
2 SMP Negeri 5 Tanjungkarang Bandar Lampung 1986
3 SMA Negeri 2 Tanjungkarang Bandar Lampung 1989 Fisika
4 Sarjana (S-1) Universitas Lampung Bandar Lampung 1993 Kimia
5 Doktor (S-3) Curtin University of Technology Perth-Australia 2003 Applied Chemistry
- Pendidikan Nonformal
No. Tempat Pendidikan Pelatihan Kota Negara Tahun
- Pelatihan pemanfaatan hasil penelitian yang berpotensi paten diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Jakarta 2011
- Pelatihan penulisan artikel ilmiah internasional oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Jakarta 2008
3 Quality Assurance for Higher Education and Training Institutions in Asian Institute of Technology, Klong Luang, Pathumthani, Thailand Bangkok/Thailand 2006
4 Workshop on AFM Advance for Crystal Growth in University of Adelaide Adelaide/Australia 2003
5 Workshop on SEM (Scanning Electron Microscopy) and AFM (Atomic Force Microscopy) for Crystal Growth in University of Western Australia Perth/Australia 2000
6 Workshop on Crystal Growth for Industry Perth/Australia 1998
Riwayat Pekerjaan
No Lembaga/Institusi Posisi/Jabatan Tahun
1 FMIPA Unila dosen 1995?sekarang
2 Jurusan Kimia FMIPA Unila Sekretaris Jurusan 1996?1998
3 Jurusan Kimia FMIPA Unila Sekretaris Jurusan 2004?2008
4 FMIPA Unila Penjabat Dekan 2011?2012
5 FMIPA Unila Dekan 2012?2016
Riwayat Organisasi
No Nama Organisasi Jabatan/Posisi Tahun
1 ICMI Orwil Lampung, Ketua Bidang Sains Iptek dan Sekretaris Dewan Pakar 2006?2011
2 Ketua Umum BKPRMI (Badan Koordinasi Pemuda dan Remaja Indonesia) Provinsi Lampung 2007?2010 dan 2010?2014
3 Asosiasi Staf Pengajar Indonesia Wakil Ketua Umum 2008?2013
4 Perhimpunan Petani dan Nelayan Indonesia Provinsi Lampung Dewan Pakar 2011?2016
5 Himpunan Kimia Indonesia (HKI) Lampung, Sekretaris II 2005?2010 dan anggota 2010?2015
6 ICMI Orsat Western Australia Ketua I 1998?2002
7 Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi Universitas Lampung Ketua I 1992?1993
8 Senat Mahasiswa FMIPA Unila Ketua Umum 1991?1992
9 PMR Inti Bandar Lampung Ketua I 1986?1988
10 Pramuka Gudep 45 SMAN 2 Tanjungkarang Ketua I 1987?1988