Bandar Lampung (Lampost.co) — Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Lampung (Unila) bersama Desa Tanjungkesuma dan Desa Taman Fajar, Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung bekerja sama menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat.
PKM merupakan bentuk komitmen Unila meningkatkan kapasitas sumber daya manusia pengelola perpustakaan yang ada di desa, sekolah, sekaligus perpustakaan yang dibentuk oleh komunitas warga.
Kegiatan mengusung tema “Pelatihan Manajemen Perpustakaan Desa/Kelurahan di Era Revolusi Industri 4.0”. Selain kepala seksi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Lampung Timur, pelatihan dihadiri camat Kecamatan Purbolinggo, kepala Desa Tanjungkesuma dan Desa Taman Fajar.
Adapun peserta merupakan para pengelola perpustakaan desa dan perwakilan sekolah-sekolah di kedua desa, dengan tetap menjalankan protokol kesehatan untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.
Pada kegiatan ini penyelenggara menghadirkan tiga dosen Unila selaku narasumber yakni Dosen Fakultas Hukum Siti Khoiriyah, M.H., Dosen FISIP Purwanto Putra, M.Hum., dan Dosen Fakultas Teknik Yunita Kesuma, S.T., M. Sc.
Siti Khoiriah yang juga menjabat sebagai Ketua Pengabdian Masyarakat dalam rilisnya menyampaikan, kegiatan bertujuan membekali para pengelola perpustakaan desa dan masyarakat penggiat literasi agar memiliki pengetahuan dan keterampilan pengelolaan perpustakaan secara mumpuni. Hal itu dijalankan demi menjawab tantangan dan peluang ke depan dalam memberikan pelayanan prima kepada para pemustaka profesi di era disrupsi teknologi informasi.
Teknologi informasi yang berkembang di era revolusi industri 4.0 memengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk bidang perpustakaan dan pengelola perpustakaan (pustakawan). “Tak terkecuali pula pada lingkup yang paling kecil yaitu perpustakaan desa/kelurahan atau bahkan taman bacaan masyarakat,” ujarnya, Senin (31/8/2020).
Pada kesempatan yang sama, para peserta juga mendapatkan materi seputar manajemen perpustakaan desa yang inovatif dan atraktif, serta cara melakukan inventarisasi koleksi, klasifikasi, dan layanan perpustakaan.
Materi tersebut dinilai penting bagi para pengelola perpustakaan sebab dapat memberikan pelayanan optimal sehingga keberadaan dan eksistensi perpustakaan dapat bersaing dengan berbagai sumber informasi lainnya (digital) di era revolusi industri 4.0.
“Perubahan merupakan suatu keniscayaan, perpustakaan, dan pengelola perpustakaan harus menghadapi hal tersebut dengan terus mengembangkan diri sebagai pustakawan dengan usaha-usaha memberikan pelayanan prima (service excellence) kepada pemustaka, menciptakan suasana perpustakaan yang kondusif, serta memberikan keteladanan dan menjaga nama baik lembaga dan kedudukannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya,” urai Purwanto.
Yunita Kesuma, pemateri selanjutnya mengulas tentang pentingnya menciptakan ruang-ruang indah dan menyenangkan untuk menambah kecintaan terhadap literasi. Hal itu diperlukan untuk mendukung keindahan dan estetika serta mendorong warga masyarakat untuk hadir di ruang literasi tersebut.
Menurutnya, langkah-langkah tersebut mau tidak mau harus dilakukan institusi perpustakaan dalam hal ini perpustakaan desa/kelurahan dan para pengelola perpustakaan guna menjaga eksistensi dan kompetensi bidang kepustakawanan sehingga tidak tergerus kemajuan teknologi, terutama algoritma dari komputasi teknologi.
“Perpustakaan dan pengelola perpustakaan sejatinya adalah organisme yang tidak hanya bersifat teknis namun, institusi dengan profesi etis yang dapat menyirkulasikan, tidak hanya pengawal pengetahuan tapi juga keteladanan kepada masyarakat,” paparnya.