Bandar Lampung (Lampost.co) — Pemerintah Kota Bandar Lampung membentuk Remaja dan Organisasi Masyarakat Antisipasi Stunting (Roaming). Program itu merupakan inovasi dari Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana.
Wali Kota mengungkapkan ada 300 remaja yang terlibat dalam program itu. Mereka diberikan edukasi untuk mendorong masyarakat sadar bahaya stunting.
Menurutnya, masyarakat enggan memeriksakan kebutuhan gizi ke Posyandu. Padahal hal itu penting agar kebutuhan gizi anak tercukupi dan bebas dari stunting.
“Ini sudah dikukuhkan semoga bisa membantu posyandu yang ada di kecamatan masing-masing terutama mendatanya,” jelasnya dalam pengukuhan kader Roaming di Aula Gedung Semergou, Senin, 28 November 2022.
Saat ini angka prevalensi Stunting di Kota Bandar Lampung masih di atas standar yang ditentukan pemerintah pusat, yakni 19,4 persen. Pembentukan Roaming diharapkan bisa menekan angka stunting pada tahun 2023.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPKB) Bandar Lampung, Santi Sundari, menyampaikan, ada 7 kecamatan yang menjadi lokus rawan stunting. Antara lain, Kemiling, Enggal, Sukabumi, Telukbetung Timur, Tanjungkarang Barat, Kedaton, dan Panjang.
Meski begitu, upaya pencegahan tidak hanya dilakukan di lokus tersebut. Menurutnya, semua wilayah memiliki resiko bayi lahir stunting. Keterlibatan remaja juga menjadi salah satu upaya pencegahan stunting.
“Sasaran dalam pencegahan kami ada lima, ini dilakukan di 20 kecamatan,” kata dia.
Lima sasaran yang dimaksud antara lain, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, ibu yang memiliki balita, dan balita. Semua sasaran itu ada tentu tidak hanya ada di lokus stunting, tapi di semua wilayah.(CR1)