Bandar Lampung (Lampost.co) — Pemerintah Provinsi Lampung menempati urutan kedua tertinggi persentase belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) provinsi se-Indonesia tahun anggaran 2022. Pemprov Lampung total membelanjakan 72,49 persen.
Hal tersebut dijelaskan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian dalam pada rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah tentang persentase belanja APBD provinsi se-Indonesia tahun anggaran 2022 yang diikuti Pemprov Lampung secara virtual dari Command Center Dinas Kominfotik Lampung, Senin, 7 November 2022. Lampung juga masuk 8 besar persentase realisasi belanja tidak terduga APBD provinsi se-Indonesia per 4 November 2022 dengan angka 34,97%.
Menurut Mendagri, inflasi menjadi persoalan global yang berdampak pada Indonesia. Angka inflasi Indonesia menduduki peringkat 139 dari 186 negara di dunia. Inflasi Oktober 2022 (yoy), inflasi tahun ke tahun Oktober 2022 terhadap Oktober 2021 capai 5,71%, inflasi bulan ke bulan Oktober 2022 terhadap September 2022 capai -0,11%.
“Untuk 10 negara dengan ekonomi terbesar di dunia adalah Tiongkok, Amerika Serikat, India, Jepang, Jerman, Rusia, Indonesia, Brasil, Inggris, dan Prancis,” ujar dia.
Mendagri menyampaikan 10 provinsi dengan persentase tertinggi realisasi APBD provinsi se-Indonesia per 4 November TA 2022 adalah Jawa Barat, Lampung, Bengkulu, Jawa Tengah, Sulawesi Utara, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Riau, Maluku Utara, dan Banten.
“Kunci utama pengendalian inflasi dengan menjadikannya sebagai isu prioritas dan sinergisitas semua stakeholder, seperti penanganan pandemi Covid-19, komunikasi publik, aktifkan TPID, dan aktifkan satgas pangan,” katanya.
Selanjutnya BBM subsidi tepat sasaran ke masyarakat tidak mampu, laksanakan gerakan penghematan energi, gerakan tanam pangan cepat panen, laksanakan kerja sama antardaerah, intensifkan jaring pengaman sosial, Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI) provinsi mengumumkan angka inflasi hingga kabupaten/kota.
“Indeks perkembangan harga sebagai penyumbang kenaikan harga komoditas pangan di seluruh provinsi bervariasi. Sampai dengan minggu I November (month to date), cabai merah menjadi komoditas yang menyumbang kenaikan harga di 19 provinsi,” katanya.
Selanjutnya, cabai rawit di 13 provinsi dan daging ayam ras di 13 provinsi. Selebihnya tersebar pada berbagai komoditas pangan, seperti tempe (12 provinsi), tahu mentah (11 provinsi), dan telur ayam ras (11 provinsi).