Bandar Lampung (Lampost.co)– Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha (STIAB) Jinarakkhita Lampung menghadirkan dua ahli Sekolah Minggu Buddha (SMB) yang berafiliasi dari Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) dalam kegiatan Penguatan Pembinaan Guru Sekolah Minggu bagi Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tahun Akademik 2025/2026.
Kegiatan yang dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting ini berlangsung selama tiga hari, 21–23 Desember 2025, dan diikuti oleh mahasiswa KKN STIAB Jinarakkhita Lampung.
Dua narasumber yang dihadirkan, yakni Mutia Dewi Ali dan Aikim Djeni Abidin, merupakan praktisi serta pemerhati pendidikan Sekolah Minggu Buddha yang berpengalaman dan aktif dalam pembinaan Sekolah Minggu Buddha di lingkungan Majelis Buddhayana Indonesia.
Ketua Panitia Program KKN STIAB Jinarakkhita Lampung, Susanto, M.Pd, menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari pelatihan pendamping yang difokuskan pada penguatan keterampilan pengajaran dan pembelajaran di Sekolah Minggu Buddha.
“Kegiatan ini dirancang untuk memperkuat kemampuan mahasiswa ketika berada di lokasi KKN, khususnya dalam pengabdian kepada masyarakat Buddha di wihara-wihara melalui pengembangan Sekolah Minggu Buddha,” ujar Susanto.
Ia menjelaskan, pelaksanaan kegiatan secara daring dilakukan karena para mahasiswa KKN telah berada di lokasi KKN masing-masing. Dengan demikian, mahasiswa dapat langsung mengaitkan materi pelatihan dengan kondisi riil di lapangan.
“Pelatihan ini kami lakukan secara online agar mahasiswa yang sudah berada di lokasi KKN dapat lebih memahami kebutuhan yang ada di lapangan, khususnya dalam pengembangan siswa Sekolah Minggu Buddha di wilayah tugas masing-masing,” katanya.
Susanto menambahkan, pelatihan ini menjadi sangat penting dan signifikan mengingat mahasiswa KKN akan disebar di 14 titik posko KKN yang tersebar di empat provinsi, dengan seluruh lokasi berada di wilayah pedalaman serta daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) yang sulit dijangkau dan penuh tantangan.
“Dalam kondisi tersebut, pengembangan pendidikan anak Buddha melalui Sekolah Minggu Buddha sangat dibutuhkan saat ini. Oleh karena itu, mahasiswa harus memiliki keterampilan pengajaran dan pembelajaran yang memadai agar mampu menjawab kebutuhan umat di daerah,” imbuhnya.
Pada hari pertama, Minggu (21/12/2025), Mutia Dewi Ali menyampaikan materi Panduan Membuat Materi dan Bahan Ajar Sekolah Minggu. Ia menekankan pentingnya kemampuan guru dalam menyusun bahan ajar yang sesuai dengan usia anak, berbasis ajaran Buddha yang valid, serta memanfaatkan teknologi sebagai pendukung pembelajaran.
Salah satu inovasi yang diperkenalkan adalah aplikasi Dharani, hasil pengembangan Mutia Dewi Ali, yang dirancang untuk melengkapi kekurangan bahan ajar Sekolah Minggu Buddha, khususnya di daerah dengan keterbatasan sumber belajar. Selain itu, ia juga menyoroti tantangan pengelolaan SMB, seperti kurikulum yang belum terstruktur, kelas dengan rentang usia beragam, serta keterbatasan komitmen guru sukarelawan.
Pada hari kedua, Senin (22/12/2025), Aikim Djeni Abidin membawakan materi Cara Pendekatan pada Anak Didik Sekolah Minggu Buddha. Materi ini menekankan pentingnya pendekatan kontekstual dan humanis dengan memperhatikan karakter, usia, latar belakang keluarga, lingkungan sosial, serta kebutuhan emosional anak.
Menurut Aikim, guru SMB perlu menggunakan bahasa yang sederhana, metode pembelajaran yang kreatif dan interaktif, serta membangun komunikasi yang hangat dan penuh kasih. Pendekatan tersebut dinilai selaras dengan nilai-nilai ajaran Buddha dan mampu mendorong anak untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Pada hari ketiga, Selasa (23/12/2025), Mutia Dewi Ali kembali menyampaikan materi Aktivitas dan Kreativitas Agar Sekolah Minggu Menarik dan Tidak Membosankan. Berbagai metode pembelajaran kreatif diperkenalkan, mulai dari Dhammagita, permainan edukatif, lembar aktivitas tematik, mewarnai, prakarya, bermain peran, hingga panggung boneka berbasis kisah Buddhis.
Metode pembelajaran yang variatif tersebut dinilai mampu meningkatkan partisipasi anak sekaligus menanamkan nilai-nilai moral Buddhis secara menyenangkan.
Dukungan materi digital serta pengelolaan waktu yang terstruktur juga menjadi faktor penting agar Sekolah Minggu Buddha menjadi ruang belajar yang bermakna dan berkesan bagi anak-anak.
Melalui kegiatan ini, STIAB Jinarakkhita Lampung berharap mahasiswa KKN memiliki kesiapan yang lebih matang dalam penguatan keterampilan pengajaran dan pembelajaran di Sekolah Minggu Buddha, sekaligus berkontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan keagamaan Buddha bagi generasi muda, khususnya di wilayah pedalaman dan daerah 3T.





