Bandar Lampung (Lampost.co) — Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung menegaskan komitmennya untuk tetap menjadi kampus yang dekat dengan masyarakat dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Menyikapi pemberitaan mengenai keberadaan pedagang kaki lima (PKL) di sekitar kampus, pihak universitas menegaskan akan mengambil langkah humanis dan solutif, bukan represif.
Wakil Rektor II UIN Raden Intan Lampung, Prof. Dr. Safari Daud, S.Ag., M.Sos.I., menegaskan kampus tidak akan melakukan pembubaran terhadap pedagang kecil yang beraktivitas di sekitar lingkungan kampus.
“Kami memahami situasi ekonomi masyarakat hari ini. Mengusir pedagang kecil bukanlah solusi yang manusiawi, apalagi di tengah tantangan ekonomi yang berat,” ujar Prof. Safari, Senin (4/11).
“Kampus harus menjadi bagian dari solusi, bukan sumber keresahan. Di balik papan nama megah UIN, ada tanggung jawab moral untuk memanusiakan manusia.”
Seimbangkan Ketertiban dan Kemanusiaan
Prof. Safari menegaskan bahwa upaya menjaga ketertiban, kebersihan, dan keindahan lingkungan kampus tetap dilakukan, namun dengan mengedepankan nilai kemanusiaan.
“Kami ingin menjaga wajah kampus tetap rapi dan tertib, namun tanpa mengabaikan martabat manusia. Prinsipnya, ketertiban tidak boleh menginjak nilai kemanusiaan,” ujarnya.
Untuk menjaga harmoni antara lingkungan akademik dan sosial, pihak kampus juga telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Bandar Lampung, selaku pemegang kewenangan penataan ruang publik di kawasan sekitar kampus.
“Kami sudah berkomunikasi dengan Pemkot agar dapat mencarikan pola penataan terbaik. UIN tentu mendukung penataan yang tertib dan sehat, sambil menjaga hubungan baik dengan masyarakat,” jelasnya.
Menurutnya, sinergi antara kampus, pemerintah, dan masyarakat penting agar setiap kebijakan berjalan adil dan tidak menimbulkan kerugian bagi pihak mana pun.
Kritik Dipandang Sebagai Bentuk Cinta
Prof. Safari juga menanggapi berbagai kritik publik terhadap kondisi di sekitar kampus dengan sikap terbuka.
“Kritik kami pandang sebagai bentuk kepedulian, bukan ancaman. Semua masukan akan menjadi bahan evaluasi agar kebersihan, estetika, dan kenyamanan terus meningkat,” ungkapnya.
Ia menambahkan, kebersihan memang menjadi tanggung jawab bersama, namun pendekatannya harus kolaboratif.
“Kebersihan yang tidak terjaga memang masalah, tetapi penanganannya harus kolaboratif. Kami ingin menjadi contoh sinergi antara lembaga pendidikan dan masyarakat,” katanya.
Wujud Kampus Berdampak dan Inklusif
Sebagai lembaga pendidikan Islam negeri terbesar di Provinsi Lampung, UIN Raden Intan Lampung berkomitmen menjadi pusat ilmu pengetahuan yang berakar pada nilai-nilai moral dan kemaslahatan sosial.
“Kampus bukan menara gading yang hanya bicara teori dari balik meja. Ia harus turun ke bumi, mendengar denyut masyarakat, dan memberi manfaat nyata,” tegas Prof. Safari.
Langkah ini, lanjutnya, sejalan dengan visi Menteri Agama RI tentang Kampus Berdampak, yaitu perguruan tinggi keagamaan yang tidak hanya mencetak sarjana, tetapi juga memberi manfaat sosial bagi masyarakat sekitar.
“Kami ingin ilmu yang lahir dari ruang kuliah berpijak pada realitas sosial dan memberi dampak nyata bagi masyarakat,” ujarnya.
Humanisme sebagai Ciri Kampus UIN Lampung
Pendekatan humanis ini menjadi bukti bahwa kemegahan institusi tidak diukur dari seberapa keras ia menertibkan, tetapi dari seberapa bijak ia memahami realitas dan menebar manfaat bagi sesama.
“Kami ingin UIN hadir sebagai ruang ilmu yang memanusiakan manusia, menjadi rumah besar yang teduh bagi semua, baik sivitas akademika maupun masyarakat di sekelilingnya,” pungkas Prof. Safari.






