Asrian Hendi Caya
Peneliti Pusiban; Akademisi Universitas Lampung
PANDEMI Covid-19 berdampak luas bagi Indonesia, termasuk Lampung, yang menyentuh ke seluruh dimensi kehidupan, terutama sosial dan ekonomi. Secara ekonomi, banyak kegiatan yang berhenti, ada juga yang masih beraktivitas walau volumenya turun drastis, dan ada juga yang mengonversi kegiatannya untuk bertahan. Namun, ada juga yang muncul sebagai kebutuhan untuk merespons kondisi yang ada.
Semua aktivitas itu dicatat dalam indikator ekonomi. Salah satunya adalah produk domestik regional bruto (PDRB). PDRB merekam aktivitas ekonomi secara makro. PDRB bisa menunjukkan kinerja ekonomi dalam suatu negara/daerah pada suatu waktu (triwulan/semester/tahun). Dengan demikian, kita bisa melihat bagaimana dampak ekonomi selama pandemi Covid-19.
Pada triwulan I-2020, ekonomi Lampung masih tumbuh walau turun drastis, yaitu 1,73%. Bagaimana tidak, karena pada kondisi yang sama tahun 2019, ekonomi Lampung tumbuh 5,21%. Semua sektor masih tumbuh kecuali sektor pertanian dan penggalian yang justru mengalami penurunan (tumbuh negatif).
Sektor pertanian turun -2,84% dan sektor pertambangan turun -1,50%. Kontribusi pertanian yang besar pada PDRB (29,65%), dampaknya besar dalam menurunkan pertumbuhan ekonomi Lampung, yaitu -0,83%. Sementara sektor pertambangan menyumbang 5,23%. Sektor lain yang besar kontribusinya pada PDRB adalah sektor industri (18,83%), perdagangan (11,99%), dan konstruksi (9,27%). Sayangnya, pertumbuhan ketiga sektor ini relatif kecil.
Karena itu, sektor konstruksi yang terbesar kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi Lampung, yaitu 0,40%. Adapun sektor yang juga cukup besar sumbangan pada pertumbuhan ekonomi adalah sektor transportasi dan pergudangan (0,38) dan sektor komunikasi dan informasi (0,32%).
Sektor yang masih tumbuh tinggi adalah bidang jasa, yaitu sektor jasa lainnya (10,78%), penyediaan akomodasi dan makan-minum (9,87%), jasa kesehatan dan kegiatan sosial (7,72%), transportasi dan pergudangan (7,31%), dan jasa pendidikan (7,18%). Akan tetapi, kontribusinya pada PDRB kecil, maka sumbangannya pada PDRB juga kecil.
Mengapa bisa ekonomi masih tumbuh? Karena kebanyakan kegiatan ekonomi bersifat kontinu bahkan berjangka menengah-panjang. Artinya, banyak kegiatan yang berjalan karena sudah direncanakan sebelumnya dan harus dipenuhi atau prosesnya panjang sehingga hasilnya baru pada periode ini. Sebenarnya, dalam konteks Lampung, dampak Covid-19 mulai terasa sejak Maret, walau Februari gejalanya sudah ada. Sementara triwulan I meliputi periode bulan Januari, Februari, dan Maret.
Peran Pemerintah
Terkait dengan usaha yang terdampak, bagi usaha menengah pemerintah perlu mengurangi beban dengan fasilitas fiskal berupa pajak. Ini pun bagi yang sudah menutup sementara aktivitasnya beban ini akan tidak masalah.
Fasilitas lain adalah meringankan beban kewajiban keuangan terkait dengan pinjaman, misalnya penundaan pembayaran cicilan pokok dan bunga atau potongan bunga. Hal ini sudah direspons pemerintah melalui relaksasi pajak dan stimulus ekonomi.
Usaha mikro dan kecil (UMK) agak lebih berat, karena bisa jadi modal mereka tergerus untuk menutup kebutuhan pokok. Dalam hal ini, perlu skema pembiayaan baik yang bantuan ataupun fasilitas dengan banyak keringanan. Sebenarnya, masih ada UMK yang bertahan terutama di bidang kebutuhan pokok baik makanan jadi ataupun bahan mentah.
Dalam hal ini, bantuan yang diperlukan adalah akses pasar. Artinya, harus ada upaya untuk memprioritaskan pelibatan UMK dalam bantuan pangan terutama oleh pemerintah dengan memesan dari UMK (nasi bungkus, masker, dll).
Indonesian Marketing Association Chapter Lampung misalnya mencanangkan gerakan bela UMKM. Beli produk masyarakat harus menjadi gerakan yang meluas terutama untuk kelas menengah serta lembaga sosial dan usaha yang masih punya ketahanan ekonomi. Terutama pemerintah dengan bantuannya, yang mengutamakan menggunakan produk rakyat (UMK).
Melemahnya ekonomi tecermin juga pada perkembangan harga. Inflasi sebagai indikator perkembangan harga pada Maret menunjukkan deflasi. Artinya, secara rata-rata harga turun. Padahal, setiap bulan puasa biasanya harga akan naik. Tapi, karena daya beli yang turun, permintaan turun sehingga harga-harga cenderung ikut turun.
Pemantauan di Lampung pada Maret 2020, Bandar Lampung mengalami deflasi sebesar 0,44%, sebaliknya Kota Metro mengalami inflasi sebesar 0,27%. Pemantauan harga di dua kota, terjadi penurunan indeks harga konsumen (IHK) dari 105,64 pada Februari 2020 menjadi 105,26 pada Maret 2020 atau mengalami deflasi 0,35%.
Maret 2020, kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil dalam pembentukan deflasi sebesar 0,27%; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,09%; kelompok transportasi 0,02%; dan kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,01%.
Melemahnya ekonomi juga tecermin pada ketenagakerjaan. Tingkat pengangguran terbuka mengalami kenaikan 0,32% per Februari disbanding tahun lalu. Namun, angkatan kerja yang menganggur meningkat 8,72%. Dan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengalami penurunan sebesar 0,46%.
Semoga pandemi Covid-19 segera dapat berakhir. Dan ekonomi segera dapat ditata ulang sehingga berangsur dapat dipulihkan.