Jakarta (lampost.co)–DPR menilai pagar laut misterius yang muncul di Bekasi, Jawa Barat, berbeda dengan di Tangerang.
Anggota Komisi IV DPR Johan Rosihan menilai pagar laut di Bekasi untuk kawasan hutan mangrove dan pengendali abrasi.
Ia mengatakan pemagaran di Tangerang adalah persoalan serius sebab merugikan nelayan dan belum jelas pihak yang bertanggung jawab.
“Pemagaran di Bekasi adalah contoh pengelolaan pesisir yang berkelanjutan dan mendukung ekosistem. Bukan pembatasan akses nelayan seperti yang terjadi di Tangerang,” ujar Johan.
Menurut dia, upaya membandingkan pagar laut di Bekasi dengan Tangerang menyesatkan dan sebagai pengalihan isu. Politikus itu menyebut pagar laut di Bekasi sebagai upaya meredam polemik bangunan serupa di Tangerang.
“Mencoba menyamakan keduanya adalah tindakan menyesatkan dan salah satu upaya membiaskan isu pagar misterius Tangerang Utara,” ucap dia.
Pagar Tangerang
Sebelumnya, masyarakat pesisir Kabupaten Tangerang heboh dengan adanya pagar laut dari bambu sepanjang 30,16 kilometer yang mencakup enam kecamatan di 16 desa.
Munculnya pagar bambu tersebut membuat para nelayan di sekitar Karang Serang, Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang, khawatir dengan mata pencahariannya. Selain telah menutup akses para nelayan, pagar juga melenyapkan ikan yang ada di tempat berdirinya bambu itu.
Salah seorang nelayan di Desa Karang Serang, Darsono, 55, mengatakan, adanya pagar laut dari bambu itu membuatnya harus memutar jauh untuk mencari ikan di tengah laut.
“Saat kita melaut malam, kita takut kalau kena pagar itu, nanti kita diminta ganti, makanya kita selalu hati-hati banget lewat di sana. Lewatnya harus zig-zag biar enggak kena,” ujarnya, Kamis, 9 Januari 2025.