terJakarta (Lampost.co)–Hasan Nasbi resmi kembali menjabat sebagai Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO), setelah sebelumnya menyatakan mundur dari jabatan tersebut. Keputusan Hasan menarik kembali pengunduran dirinya menuai sorotan publik, mengingat posisinya sebagai juru bicara utama Presiden Prabowo Subianto ini sangat strategis dalam mengelola komunikasi pemerintah.
Sebelumnya, Hasan Nasbi mengumumkan pengunduran dirinya pada 21 April 2025 melalui unggahan di media sosial. Ia menyebut keputusan tersebut ia ambil secara matang dan tanpa tekanan, karena merasa sudah saatnya memberikan ruang kepada figur lain yang lebih tepat.
Namun hanya berselang sepekan, Hasan mengonfirmasi bahwa ia diminta kembali oleh Presiden Prabowo melalui Menteri Sekretaris Negara dan Sekretaris Kabinet.
Baca Juga: Presiden Prabowo Tunjuk Prasetyo Hadi Jadi Jubir Presiden Gantikan Hasan Nasbi
“Saya kan loyal sama Presiden. Jadi tahu diri itu bukan sesuatu yang bertentangan dengan loyalitas. Tapi begitu perintah untuk melanjutkan, ya sudah, saya sebagai bawahan beliau patuh untuk melanjutkannya,” kata Hasan Nasbi di Kompleks Istana Kepresidenan, Selasa, 6 Mei 2025.
Hasan juga menegaskan bahwa tugas PCO tidak akan tumpang tindih dengan Kementerian Sekretariat Negara, karena masing-masing memiliki fungsi berbeda dalam sistem komunikasi Istana. Ia menyebut bahwa tugas PCO sudah tertuang jelas dalam peraturan presiden. Termasuk batasan siapa yang dapat mewakili suara resmi pemerintah.
Kontroversi Kepala Babi
Kembalinya Hasan ke jabatan Kepala PCO tak lepas dari kontroversi yang melibatkannya beberapa waktu lalu. Hasan sempat menjadi sorotan publik setelah menanggapi aksi teror pengiriman kepala babi ke kantor redaksi Tempo dengan pernyataan tidak sensitif. Saat itu, Hasan menyarankan agar kepala babi tersebut “dimasak saja”, pernyataan yang memicu kecaman dari berbagai pihak, khususnya kalangan pers.
Insiden tersebut sepertinya pemicu keputusan mundur Hasan, meskipun ia tidak menyebutkan secara spesifik alasan pengundurannya. Ia hanya menyatakan bahwa ada hal-hal yang tidak dapat ia selesaikan dari dalam sistem.
Pentingnya Peran Juru Bicara Presiden
Pengamat komunikasi politik menilai posisi juru bicara Presiden tidak bisa dipandang sebagai jabatan administratif biasa. Peran ini adalah wajah resmi pemerintah di hadapan publik, sehingga membutuhkan figur yang memiliki kompetensi komunikasi, kepekaan sosial, serta integritas yang tinggi.
“Juru bicara presiden adalah etalase utama pemerintah. Jika komunikasi tidak terlaksana dengan baik, maka yang rusak bukan hanya citra juru bicara. Tapi kredibilitas presiden itu sendiri,” ujar pengamat komunikasi dari Universitas Indonesia.
Selain sebagai penyampai pesan, juru bicara Istana juga bertugas mengelola persepsi publik dan menjawab krisis komunikasi yang muncul. Di era digital dan keterbukaan informasi saat ini, kesalahan narasi bisa berakibat besar bagi kepercayaan publik terhadap pemerintah.
Meskipun Hasan menekankan loyalitas sebagai alasan utama kembali memimpin PCO, banyak kalangan menilai bahwa loyalitas semestinya tidak mengalahkan profesionalisme dan akuntabilitas publik. Apalagi Presiden Prabowo sendiri mengakui bahwa komunikasi pemerintahannya masih perlu banyak perbaikan.