Jakarta (Lampost.co)–Kecelakaan bus rombongan karyawan Rumah Sakit Bina Sehat (RSBS) Jember di jalur Bromo terus menjadi sorotan. Tragedi yang menewaskan delapan orang dan melukai puluhan penumpang ini kini masuk tahap investigasi resmi. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menegaskan bahwa hasil penyelidikan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akan menjadi acuan penentuan langkah lanjutan.
“Tim KNKT sedang melakukan investigasi, kami menunggu hasil resminya,” ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub, Ahmad Yani, di Jakarta, Senin, 15 September 2025. Menurut Yani, pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah strategis untuk meningkatkan keselamatan transportasi. Salah satunya adalah pelatihan Training of Trainers (ToT) bagi pegawai perusahaan angkutan.
Program ini bertujuan mencetak tenaga ahli yang dapat mendidik para sopir agar lebih patuh aturan dan berorientasi pada keselamatan. “Dengan ToT, pegawai perusahaan bisa menjadi pelatih bagi pengemudinya masing-masing. Harapannya, pembinaan berjalan berkesinambungan,” tegasnya.
Selain itu, Kemenhub melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap armada bus. Pengecekan meliputi kondisi karoseri, kelayakan teknis, serta kemungkinan adanya pelanggaran aturan. Pemeriksaan juga menyasar aspek kelalaian pengemudi yang berpotensi memicu kecelakaan.
“Kalau dari sisi armada, tentu kita cek apakah ada pelanggaran karoseri. Begitu juga dengan sopirnya, semua faktor sedang kami telusuri,” tambah Yani.
Kemenhub menargetkan, tindak lanjut kebijakan akan putuskan setelah hasil investigasi KNKT diumumkan. Penerapan rekomendasi pencegahan kecelakaan serupa agar peristiwa tragis tidak terulang.
Kronologi
Adapun kecelakaan terjadi pada Minggu, 14 September 2025 pukul 11.45 WIB. Bus Hino IND’S 88 dengan nomor polisi P-7221-UG dengan sopir Al Bahri, kernet Mergi membawa 52 penumpang rombongan keluarga RSBS Jember. Saat melintasi jalan menurun dan menikung di Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Probolinggo, rem kendaraan dugaanndiduga gagal berfungsi.
Bus oleng ke kanan, menghantam pembatas jalan, lalu menabrak sepeda motor bernomor polisi N-2856-OE. Akibat peristiwa itu, delapan penumpang meninggal dunia, termasuk tiga anak-anak. Sementara itu, puluhan korban lain mengalami luka berat hingga ringan.
Mereka dirawat di sejumlah fasilitas kesehatan, antara lain RSUD dr. Moh. Saleh, RSU Ar-Rozy, RSU Tongas, serta beberapa puskesmas di Sukapura, Lumbang, dan Wonomerto. Tragedi di jalur Bromo ini kembali mengingatkan bahwa keselamatan perjalanan wisata, terutama di medan rawan, membutuhkan perhatian serius dari semua pihak.








