Jakarta (Lampost.co)— Kemarahan masyarakat Indonesia terhadap gaya hidup mewah Erina Gudono, menantu Presiden Joko Widodo, mendorong permintaan agar beasiswa yang diterimanya di University of Pennsylvania (Penn) dicabut.
Media kampus The Daily Pennsylvanian (DP) mengulas isu ini dalam artikel berjudul “Indonesians urge Penn to revoke scholarship granted to daughter-in-law of country’s president” yang terbit pada, 15 September 2024.
Artikel tersebut menjelaskan bahwa banyak masyarakat Indonesia melalui media sosial. Seperti Instagram dan X (sebelumnya Twitter), meminta Penn untuk mencabut beasiswa Erina.
Erina, yang terdaftar dalam program kepemimpinan nirlaba di School of Social Policy & Practice (SP2), mengumumkan penerimaan beasiswa pada 28 Juli di Instagram.
Namun, banyak yang memprotes, menuduh bahwa dengan latar belakangnya yang istimewa, Erina tidak layak mendapatkan beasiswa tersebut.
DP mencatat baik Erina maupun pihak SP2 belum memberikan komentar mengenai hal ini. Selain menyuarakan keprihatinan di media sosial, para pengkritik juga memulai kampanye email massal kepada Penn. Kemudian mendesak universitas untuk mempertimbangkan ulang pemberian beasiswa.
Lulusan Columbia University, Patricia Kusumaningtyas, yang DP wawancarai, menyoroti bahwa kemarahan masyarakat pemicunya adalah gaya hidup Erina yang di anggap mewah.
Serta kurangnya komentar dari Erina terkait isu politik dan protes di Indonesia. Kusumaningtyas mengkritik Erina yang tidak menanggapi krisis politik.
Kusumaningtyas juga mempermasalahkan kurangnya komentar Rina tentang krisis yang sedang berlangsung terkait dengan keputusan pengadilan tinggi Indonesia baru-baru ini. Keputusan tersebut menyatakan partai politik tidak perlu memiliki representasi minimum 20 persen untuk mengajukan calon, yang melonggarkan persyaratan partisipasi politik.
Kurang dari satu hari kemudian, DPR RI mengajukan mosi darurat untuk membatalkan perubahan ini, dengan sambutan dengan kritik dan kekhawatiran yang meluas. Bahwa pemilihan kepala daerah akan menjadi tidak dapat menganggu gugat.
Pada hari-hari berikutnya, warga negara Indonesia melakukan protes di Jakarta – ibukota negara – menentang mosi tidak percaya yang masyarakat ajukan. Yang akan melestarikan sistem politik yang ada dan menguntungkan Jokowi dan penggantinya, Presiden terpilih Prabowo Subianto.
“Ada banyak protes – semua teman saya memprotes dan kemudian di lempari gas air mata,” kata Kusumaningtyas kepada DP. “ Tidak adil bahwa begitu banyak penindasan dipertahankan oleh pemerintahan Jokowi dan Erina menjadi begitu tuli.”
Hak Asasi Manusia
Kusumaningtyas mengatakan Erina Gudono seharusnya bebas untuk mengejar pendidikannya. Namun, ia mendorong Penn untuk “memikirkan pelamar di masa depan yang memiliki andil dalam mengganggu isu-isu hak asasi manusia (dan) isu-isu demokrasi di negara mereka sendiri” ketika mempertimbangkan calon penerima beasiswa.
Hal ini terkait keputusan pengadilan tinggi Indonesia mengenai representasi politik, yang dapat menguntungkan pemerintahan Jokowi dan penggantinya, Prabowo Subianto.
Meskipun Kusumaningtyas menyatakan Erina berhak mengejar pendidikan, ia mendorong Penn untuk mempertimbangkan aspek hak asasi manusia. Serta demokrasi ketika memilih calon penerima beasiswa di masa depan.
Artikel ini mendapatkan perhatian besar, menjadi salah satu artikel paling banyak yang membaca di media tersebut.