Jakarta (Lampost.co)— Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) merasa bangga karena Indonesia terpercaya menjadi tuan rumah Gateways Study Visit (GSVI) 2024.
Acara ini berlangsung pada 1-3 Oktober di Bali dan dihadiri oleh 56 peserta dari 20 negara serta 9 organisasi internasional. GSVI 2024 menjadi ajang untuk berbagi praktik baik dalam pengembangan ekosistem teknologi pendidikan.
Iwan Syahril, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbud-Ristek, menjelaskan bahwa GSVI merupakan studi banding untuk melihat praktik sukses transformasi pendidikan, khususnya dalam penggunaan teknologi.
Iwan menyebut penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah oleh PBB sebagai sebuah kebanggaan. “Mengingat biasanya Indonesia yang melakukan studi banding ke negara lain, terutama dalam bidang pendidikan.
Meski Indonesia tidak sempurna dalam segala hal, penunjukan ini menyoroti keberhasilan strategi pemulihan pembelajaran pasca-Covid-19 dan kontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030. Indonesia di anggap memiliki praktik yang patut di pelajari dan menginspirasi banyak negara.
GSVI 2024 yang menghadiri negara-negara dari 5 benua. Termasuk Mesir, Malawi, Finlandia, Prancis, Jepang, Tiongkok, India, Peru, dan Australia. Inisiatif “Merdeka Belajar” Indonesia di pandang sebagai contoh praktik baik transformasi pendidikan dengan teknologi.
Selama acara, berbagai kegiatan dilakukan. Termasuk presentasi, pidato Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim, kunjungan ke sekolah di Bali, dan workshop. Iwan menyatakan bahwa acara ini membuka ruang diskusi dua arah, di mana Indonesia juga bisa belajar dari negara lain.
Andreas Schleicher, Direktur Pendidikan dan Keterampilan OECD, memuji Indonesia sebagai pemimpin dalam transformasi pendidikan. Schleicher menyebutkan bahwa langkah-langkah yang di ambil Indonesia sudah berada di jalur yang benar untuk meningkatkan hasil PISA di masa mendatang.
Frank Van Cappelle, Gateways Lead dari UNICEF, juga menyoroti pentingnya teknologi dalam pendidikan Indonesia, mengingat skala negara yang luas. Teknologi digital, menurutnya, bukanlah tujuan akhir, melainkan langkah awal untuk menciptakan kolaborasi dan layanan pendidikan yang lebih luas dan fokus.