Bandar Lampung (Lampost.co) — Ajag (Cuon alpinus) atau anjing liar Asia adalah salah satu spesies karnivora unik yang hidup di Asia, termasuk Indonesia. Meski kurang terkenal daripada serigala atau harimau, ajag memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem sebagai predator puncak.
Sayangnya, ajag kini berstatus terancam punah karena berbagai faktor, seperti berkurangnya habitat dan perburuan. Mari kenali lebih dalam melalui beberapa fakta menarik berikut ini!
10 Karakteristik Ajag
1. Spesies Unik
Meskipun terlihat mirip dengan anjing atau serigala, ajag memiliki karakteristik unik yang membuatnya berbeda. Secara genetis, ajag termasuk dalam keluarga Canidae, tetapi bukan keturunan langsung dari anjing domestik maupun serigala.
Mereka memiliki tengkorak lebih pendek dan rahang yang lebih kuat, sehingga memakan tulang mangsa lebih mudah daripada predator lainnya.
2. Hidup Berkelompok
Ajag adalah hewan sosial yang hidup dalam kelompok (kawanan) yang biasanya terdiri dari 5 hingga 12 individu. Struktur sosial kawanan ajag sangat kuat dan bekerja sama saat berburu.
Mereka mampu menjatuhkan mangsa yang lebih besar dari tubuh mereka, seperti rusa dan babi hutan, berkat kerjasama tim yang terorganisir.
3. Mampu Berburu di Air
Berbeda dengan anjing atau kucing liar, ajag sebagai perenang yang andal. Mereka tak segan-segan mengejar mangsa hingga ke perairan dan menggunakan kemampuan berenang untuk menyerang atau mengepung hewan buruan.
Hal itu membuat ajag lebih fleksibel dalam mencari makanan dibandingkan predator darat lainnya.
4. Memiliki Suara Khas dan Unik
Ajag tidak hanya mengandalkan gigitan dan kecepatan saat berburu, tetapi juga menggunakan komunikasi vokal yang sangat khas.
Mereka tidak menggonggong seperti anjing, melainkan mengeluarkan suara lengkingan tinggi dan siulan yang berfungsi untuk memanggil anggota kawanan atau memberi peringatan.
5. Terancam Hilangnya Habitat
Ajag banyak terdapat di kawasan hutan tropis dan hutan pegunungan di Asia, seperti di India, Thailand, dan Indonesia (terutama di Sumatra dan Jawa).
Namun, deforestasi dan alih fungsi hutan menjadi perkebunan atau pemukiman membuat habitat makin terfragmentasi. Hal itu menjadi salah satu penyebab utama penurunan populasi ajag.
6. Berperan Penting dalam Ekosistem
Sebagai predator puncak, ajag memiliki peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Mereka membantu mengendalikan populasi herbivora, seperti rusa dan babi hutan.
Tanpa kehadiran ajag, jumlah hewan mangsa dapat meningkat drastis dan menyebabkan kerusakan vegetasi, yang berdampak buruk pada ekosistem secara keseluruhan.
7. Rentan terhadap Penyakit
Salah satu ancaman bagi ajag adalah penularan penyakit, seperti rabies dan distemper dari anjing peliharaan.
Sebab, habitatnya sering berdekatan dengan pemukiman, ajag rentan terpapar penyakit yang bisa menyebar cepat dan mengancam kelangsungan hidup kawanan mereka.
8. Populasi di Indonesia Terancam Punah
Di Indonesia, ajag termasuk hewan yang dilindungi, tetapi keberadaannya semakin sulit ditemukan. Di Pulau Jawa, populasi ajag semakin terancam karena habitat hutan yang terus menyusut.
Beberapa laporan menyebutkan hanya tersisa di kawasan konservasi tertentu, seperti Taman Nasional Ujung Kulon dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
9. Tidak Memburu untuk Sekadar Bermain
Berbeda dengan beberapa predator lain seperti kucing, ajag berburu hanya untuk makan, bukan untuk bermain-main dengan mangsa. Pola berburu ajag sangat efisien karena mereka bekerja dalam kelompok dan memastikan setiap anggota kawanan mendapatkan makanan.
10. Upaya Konservasi Sedang Ditingkatkan
Ajag masuk dalam daftar spesies terancam punah IUCN. Berbagai upaya konservasi termasuk melalui program perlindungan habitat dan edukasi masyarakat. Namun, tantangan besar tetap ada karena minimnya perhatian publik dan sulitnya mengawasi perburuan liar.