Jakarta (Lampost.co) – Pemanasan global yang makin parah memaksa para ilmuwan di seluruh dunia mencari solusi inovatif. Terobosan baru itu muncul saat para ahli iklim, meteorologi, dan peneliti Bumi dari berbagai institusi mengeksplorasi untuk menurunkan secara drastis suhu Bumi yang saat ini panas.
Sebab, Bumi sedang menghadapi ancaman serius akibat perubahan iklim dan para ilmuwan memperkirakan makin mendekati titik yang tidak bisa kembali.
Untuk itu, perlu tindakan radikal untuk mendinginkan planet ini karena pengurangan emisi gas rumah kaca.
Ilmuwan sepakat penyuntikan aerosol ke atmosfer dapat membantu mengatasi pemanasan global. Aerosol mampu memantulkan sinar matahari dan panas berlebih kembali ke luar angkasa.
Sulfur dioksida sering menjadi bahan utama dalam upaya itu, terutama karena zatnya yang secara alami terdapat di atmosfer melalui letusan gunung berapi.
Namun, penggunaan sulfur dioksida memiliki efek samping yang berbahaya, seperti hujan asam, kerusakan lapisan ozon, dan perubahan cuaca yang tidak terduga.
Untuk menghindari dampak negatif itu, para ahli melakukan riset di Institut Ilmu Atmosfer dan Iklim di ETH Zurich. Mereka menggunakan model iklim 3D untuk menganalisis dampak berbagai jenis aerosol.
Mereka mempertimbangkan aerosol berinteraksi dengan cahaya dan panas, umur aerosol di atmosfer, hingga kemampuannya untuk bertahan di udara tanpa bergumpal.
Solusi Mengejutkan
Setelah menguji tujuh kandidat aerosol, yaitu kalsit, berlian, aluminium, silikon karbida, anatase, rutil, dan sulfur dioksida, hasil yang mengejutkan menunjukkan debu berlian adalah kandidat terbaik.
Eksperimen tersebut membuktikan debu berlian paling efektif dalam memantulkan cahaya dan panas. Selain itu, tidak menimbulkan efek samping, seperti hujan asam karena bersifat inert secara kimia.
Namun, ada tantangan besar yang perlu dihadapi. Penggunaan debu berlian dalam skala besar akan sangat mahal. Para ilmuwan memperkirakan perlu sekitar lima juta ton debu berlian sintetis yang harus tersuntik ke atmosfer setiap tahun.
Jumlah itu baru dapat mendinginkan Bumi hingga 1,6°C dalam kurun waktu 45 tahun. Upaya itu akan memakan biaya mencapai $200 triliun.
Selain itu, teknologi dan logistik juga menjadi tantangan lain. Kemampuan manufaktur belum mampu memproduksi debu berlian dalam skala besar yang dibutuhkan.
Infrastruktur global juga perlu untuk mendukung produksi dan penyebaran aerosol berlian secara merata di seluruh atmosfer Bumi. Selain itu, perlu armada pesawat terbang atau pesawat ruang angkasa khusus yang mampu menyebarkan partikel berlian di suatu ketinggian.
Solusi tersebut terdengar menjanjikan, tetapi ilmuwan masih perlu melakukan penelitian lebih lanjut. Hal itu untuk mengevaluasi potensi dampak jangka panjang dari penggunaan debu berlian dalam mengatasi pemanasan global.
Dunia berharap dapat menemukan cara efektif untuk mengurangi suhu Bumi dan menetralkan perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan.