Jakarta (Lampost.co) – Ahli paleontologi baru-baru ini menemukan fosil spektakuler berusia 450 juta tahun lalu bernama Lomankus edgecombei. Fosil hewan itu tampak berkilauan berlapis “emas” palsu, yang sebenarnya merupakan pirit besi.
Temuan itu terpublikasi dalam jurnal Current Biology dan mengungkapkan banyak informasi baru tentang evolusi artropoda kuno. Makhluk prasejarah itu tergolong dalam kelompok megacheiran, yaitu artropoda yang memiliki kaki depan besar dan termodifikasi untuk menangkap mangsa.
Penemuan itu diyakini dapat mengungkap teka-teki tentang perkembangan anggota badan artropoda di bagian kepala, seperti antena pada serangga, capit pada laba-laba, dan taring pada kalajengking.
Tim peneliti dari Profesor Luke Parry dari Departemen Ilmu Bumi, Universitas Oxford, mengatakan fosil Lomankus itu memiliki kilau emas yang mencolok dan terawetkan dalam kondisi luar biasa.
“Fosil-fosil itu tidak hanya menampilkan warna emas yang indah. Tapi, terlihat juga sangat nyata, seolah-olah bisa bangkit dan bergerak kapan saja,” kata dia.
Menurut laporan dari Independent, makhluk megacheiran seperti Lomankus sangat umum terdapat selama Periode Kambrium (538-485 juta tahun lalu). Namun, sebagian besar spesiesnya punah pada Periode Ordovisium (485-443 juta tahun lalu).
Adaptasi dan Fungsi Apendiks Depan
Bagian depan tubuh Lomankus dengan rambut lentur menunjukkan hewan itu bisa menggunakan apendiksnya untuk merasakan lingkungan sekitar, bukan untuk berburu.
Hal itu juga menunjukkan perbedaan gaya hidupnya daripada kerabatnya yang lebih purba dari Periode Kambrium.
“Artropoda menjadi kelompok hewan yang paling beragam di Bumi. Keberhasilan sebagian besar dari kemampuan adaptasi kepala dan anggota tubuhnya sangat fungsional, layaknya pisau Swiss Army biologis,” ujarnya.
Fosil Lomankus menunjukkan hewan itu tidak memiliki mata yang membuatnya bergantung pada apendiks frontal. Hal itu untuk merasakan dan mencari makanan di lingkungan gelap dan rendah oksigen.
Profesor Yu Liu dari Universitas Yunnan mengatakan fosil-fosil itu memperlihatkan struktur lempengan yang sangat jelas di bagian bawah kepala. Hal itu berhubungan dengan mulut yang terapit pelengkap besar.”
Ciri-ciri unik menunjukkan adanya kesamaan dengan artropoda modern dengan anggota badan yang besar berfungsi, seperti antena pada serangga serta mulut pada laba-laba dan kalajengking.
Penemuan itu memberikan wawasan mendalam tentang artropoda kuno mengembangkan adaptasi tubuh yang bertahan dan berevolusi.