Jakarta (Lampost.co) – Eksplorasi luar angkasa selalu memiliki tantangan biaya dan bahaya yang luar biasa. NASA tengah mengembangkan solusi inovatif berupa struktur rumah yang terbuat dari jamur yang berpotensi berguna di Bulan dan Mars.
Menurut laporan terbaru, butuh sekitar 1 juta dolar untuk mengirim setiap setengah kilogram material ke Bulan dan biaya yang lebih besar untuk Mars. Untuk itu, NASA kini berfokus pada pemanfaatan sumber daya lokal seperti regolith (debu bulan) dan air es di Bulan untuk menciptakan material bangunan yang lebih efisien.
Chris Maurer, Pendiri Redhouse, firma arsitektur yang bekerja sama dengan NASA, menjelaskan konsep InSitu Resource Utilisation (ISRU) berupa penggunaan sumber daya lokal di luar angkasa untuk membangun.
Jamur dapat memanfaatkan sumber daya minim di Bulan untuk tumbuh menjadi material yang lebih kuat dari beton. Sehingga, menawarkan berbagai manfaat termasuk perlindungan radiasi dan isolasi termal.
Proyek Mycotecture Off Planet Structures mencapai fase pengembangan lanjut di NASA untuk menciptakan habitat luar angkasa yang dapat tumbuh langsung di lokasi. Jamur memiliki keunggulan karena cepat tumbuh, hemat biaya, dan mampu menahan kondisi ekstrem di Bulan maupun Mars.
Maurer menjelaskan gaya bangunan di Bulan lebih banyak mengarah keluar. Sebab, tekanan dari udara di dalam bangunan sehingga material yang butuh memiliki kekuatan tarik yang baik, bukan kekuatan tekan.
Selain kekuatan strukturnya, jamur juga memiliki keunggulan dalam perlindungan terhadap radiasi. Melanin dalam jamur mampu menyerap radiasi elektromagnetik yang berbahaya, mengurangi dampak radiasi partikel yang dapat merusak sel dan DNA.
Sebab, hanya 8 cm lapisan jamur, struktur itu dapat memblokir lebih dari 99% radiasi berbahaya dari dengan 3 meter regolith untuk mencapai perlindungan setara.
Pengujian di Bulan dan Mars
Proses pertumbuhan jamur akan mulai dengan mencampurkan spora jamur dan alga ke dalam air dari es di Bulan.
Struktur itu diproyeksikan dapat terbentuk dalam waktu 3060 hari. Model awal akan teruji di Starlab, stasiun luar angkasa baru yang baru meluncur pada 2028. Pengujian lanjutan juga memiliki harapan bisa berlangsung di Bulan dalam dekade mendatang.