Jakarta (Lampost.co) — Timnas Indonesia kembali mendapat suntikan amunisi segar. Empat pemain keturunan Indonesia lulusan akademi top Eropa bisa langsung membela Garuda Muda tanpa naturalisasi. Kehadiran mereka bisa menjadi tulang punggung, baik timnas kelompok umur maupun senior, di masa depan.
Poin Penting:
-
Empat pemain keturunan Indonesia jebolan akademi elite Eropa bisa langsung membela Timnas Indonesia tanpa melalui proses naturalisasi.
-
Mereka memiliki garis keturunan Indonesia dari orang tua atau kakek-nenek sehingga secara hukum memungkinkan memperkuat timnas kelompok umur.
-
Rekrutmen diaspora berkualitas bisa jadi strategi jangka panjang meningkatkan daya saing Timnas Indonesia di level Asia dan dunia.
Bukan Hal Baru
PSSI dalam beberapa tahun terakhir gencar merekrut talenta diaspora berdarah Indonesia, terutama di lini pertahanan dan serangan. Beberapa di antaranya bahkan telah memperkuat timnas senior, seperti Jay Idzes dan Ole Romeny.
Namun, menariknya, sejumlah pemain keturunan kini tak perlu lagi melalui proses naturalisasi yang panjang dan penuh birokrasi. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, anak dari pasangan berbeda kewarganegaraan yang memegang kewarganegaraan ganda terbatas (bipatride) hingga usia 18 tahun bisa langsung memilih menjadi warga negara Indonesia (WNI). Bahkan dalam beberapa kasus, seperti Elkan Baggott dan Cyrus Margono, status WNI mereka sudah sah sejak lahir karena salah satu orang tua adalah WNI.
Baca juga: Dean James Percaya Diri Timnas Indonesia Bisa Lolos Piala Dunia 2026
Kini, muncul empat nama baru dari akademi ternama di Eropa yang siap membela Merah Putih, jika mendapat panggilan. Mereka diyakini bisa memperkuat Timnas Indonesia kelompok umur tanpa naturalisasi.
Kenzo Riedewald (Willem II Tilburg U-21)
Kenzo Riedewald merupakan keponakan dari Jairo Riedewald, mantan pemain Crystal Palace dan Royal Antwerp yang juga memiliki darah Indonesia. Garis keturunan Indonesia pemain yang saat ini berusia 18 tahun berasal dari kakek dan neneknya.
Berposisi sebagai winger kiri, Kenzo tengah membangun karier di Belanda. Ia sempat menimba ilmu di sejumlah akademi elite, seperti FC Utrecht, Almere City, Ajax Amsterdam, hingga AZ Alkmaar. Pada musim panas 2025, ia resmi bergabung Willem II Tilburg U-21.
Dengan kecepatan dan visi bermain yang baik, Kenzo diyakini bisa memperkuat sektor sayap Timnas Indonesia U-20 jika mendapat panggilan pelatih.
Kyano Penso (PSV Eindhoven U-17)
Nama Kyano Penso masuk radar PSSI karena memiliki kemampuan yang cukup mumpuni sebagai pemain muda. Namun, belum terungkap sepenuhnya mengenai asal-usul darah keturunan Indonesianya.
Bek kanan berusia 17 tahun ini saat ini bermain untuk tim PSV Eindhoven U-17, salah satu akademi paling bergengsi di Belanda. Menariknya, Kyano pernah memperkuat dua timnas kelompok umur berbeda: Belanda U-17 dan Curacao U-17.
Kyano bisa menjadi aset penting Timnas U-17 di ajang internasional mendatang mengingat memiliki kemampuan bertahan yang solid dan kontribusi dalam menyerang.
Miles Mathis de Vries (FC Utrecht U-15)
Sosok Miles Mathis de Vries menjadi opsi menarik untuk mengisi lini sayap kanan. Pemain berusia 15 tahun ini memiliki darah keturunan Surabaya dari neneknya di pihak ayah.
Miles saat ini bermain di akademi FC Utrecht dan sudah menunjukkan potensi besar sejak usia dini. Berkat statusnya yang masih muda dan keturunan langsung, ia bisa direkrut untuk memperkuat Timnas Indonesia U-17 tanpa proses naturalisasi.
Namanya masuk proyeksi skuad untuk Piala Dunia U-17 2025 mendatang, sebuah langkah strategis untuk regenerasi tim nasional.
Demiane Agustien (Derby County Academy, Inggris)
Demiane Agustien, pemain serbabisa berusia 17 tahun, merupakan putra dari mantan pemain Swansea City dan Brighton, Kenny Agustien. Sang ibu yang memiliki keturunan Jakarta membuat dia mewarisi darah Indonesia.
Demiane saat ini menimba ilmu di akademi Derby County, klub kasta kedua Liga Inggris (Championship). Gelandang tengah dan winger kiri menjadi posisi yang kerap Demiane lakoni saat bermain.
Dengan postur ideal dan kemampuan teknik mumpuni, Demiane berpotensi besar menjadi jenderal lapangan tengah Garuda Muda.
Potensi Besar tanpa Proses Rumit
Empat pemain keturunan tersebut merupakan bagian dari gelombang baru pemain diaspora yang bisa memperkuat Timnas Indonesia tanpa harus melewati proses naturalisasi. Itu tentunya menjadi kabar baik guna mempekuat timnas yang akan menghadapi sejumlah ajang penting, seperti Piala Dunia U-17, Piala Asia U-20, dan SEA Games.
Kehadiran empat pemain keturunan itu membuka harapan baru bagi kualitas permainan Timnas Indonesia, yang kini mulai dilirik di kancah Asia dan bahkan dunia. Standar dalam teknik, profesionalisme, dan taktik keempat pemain lulusan akdemi sepak bola Eropa akan member warna baru bagi timnas.