Jakarta (Lampost.co) — Ketua Umum PSSI Erick Thohir kembali mengangkat isu strategis soal naturalisasi pemain untuk Timnas Indonesia. Nama terbaru yang masuk radar federasi adalah Mauro Zijlstra, striker muda potensial asal klub Belanda, FC Volendam. Bahkan, Erick membandingkan potensi Zijlstra dengan nama Lamine Yamal, wonderkid sensasional Barcelona.
Poin Penting:
-
Mauro Zijlstra dengan tinggi badan 188 cm bisa bermain sebagai penyerang tengah maupun gelandang serang.
-
Semua pemain, termasuk naturalisasi, harus bersaing sehat dan tidak langsung “naik kasta” tanpa pembuktian.
-
Lamine Yamal, pemain muda Barcelona dan Timnas Spanyol, sebagai contoh bahwa usia muda bukan penghalang jika kualitas dan mental siap.
Erick menegaskan usia muda tak jadi penghalang untuk tampil gemilang di level tertinggi. “Dalam sepak bola modern, umur tidak bisa menjadi patokan. Zijlstra umurnya masih 20 tahun, tapi kita lihat Yamal saja yang masih muda bisa bagus,” katanya.
Belum Saatnya Masuk Timnas Senior
Harapan tinggi diberikan kepada para pemain diaspora yang bergabung dengan timnas. Namun, Erick menegaskan mereka tetap harus menghormati proses. Oleh karena itu, proyeksinya Zijlstra harus menjalani proses sebelum masuk skuad Timnas Indonesia senior.
Baca juga: Timnas Indonesia tanpa Mesin Gol Andalan di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Sebagai langkah awal, pemain bertinggi 188 cm itu usai menyelesaikan proses naturalisasi akan menjadi bagian Timnas Indonesia U-23. “Jangan kecepatan. Siapa tahu dia main bagus di U-23,” ujar Erick.
Langkah ini diambil untuk memberikan ruang pembuktian diri, serta menciptakan iklim kompetitif sehat antar pemain. Dia mencontohkan striker muda lainnya, Jens Raven.
Dia tampil impresif dengan mencetak enam gol ke gawang Brunei Darussalam dalam penyisihan Piala ASEAN atau Piala AFF U-23 2025 Grup A. Namun, pemain yang baru saja bergabung Bali United itu masih harus bersaing dengan pemain lokal Hokky Caraka.
“Masih ada Hokky Caraka. Biarkan saja Jens bersaing dengan Hokky. Biar pemain tidak besar kepala,” katanya.
Profil Mauro Zijlstra
Pemain kelahiran Zaandam, Belanda itu kini bermain di salah satu klub peserta Eredivisie, FC Volendam. Di usia 20 tahun, Zijlstra sudah menunjukkan perkembangan signifikan.
Dia bisa menjadi andalan sebagai penyerang tengah atau gelandang serang mengingat memiliki fleksibilitas dan visi bermain yang tajam. Selain itu, memiliki postur 188 cm yang bisa menjadi senjata dalam duel udara.
Meski belum sepenuhnya mencuat di level klub, langkah PSSI merekrutnya menunjukkan ambisi jangka panjang dalam membangun fondasi Timnas Indonesia, terutama dari kelompok usia muda.
Naturalisasi sebagai Strategi PSSI
Dalam upaya menguatkan timnas, PSSI melakukan proses naturalisasi pemain muda seperti Zijlstra. Peremajaan skuad dengan darah segar pemain keturunan Indonesia tampaknya kini menjadi sasaran federasi.
Namun, berbeda dari pemain naturalisasi sebelumnya yang lebih matang secara usia dan pengalaman, Zijlstra masuk dalam kategori prospek jangka panjang. Erick Thohir memiliki strategi yang fokus membangun ekosistem sepak bola nasional secara berjenjang dan berkelanjutan.
Belajar dari Kasus Lamine Yamal
Penyebutan nama Lamine Yamal bukan tanpa alasan. Pemain yang baru berusia 16 tahun itu sudah menjadi bagian inti dari Barcelona dan Timnas Spanyol, bahkan tampil menawan di Euro 2024. Erick ingin menekankan jika proses pembinaan benar, pemain muda bisa langsung memberi kontribusi besar.
Namun, kesiapan mental dan kompetisi sehat antarpemain harus berjalan untuk mengimbangi pendekatan semacam itu.
Respons Pecinta Sepak Bola Indonesia
Publik sepak bola tanah air menyambut hangat rencana ini, tetapi juga menuntut agar proses naturalisasi tidak hanya jadi “jalan pintas” melainkan berbarengan dengan investasi pembinaan pemain lokal. Nama-nama seperti Marselino Ferdinan dan Rizky Ridho terus menunjukkan perkembangan positif dan patut mendapat ruang yang sama.