Jakarta (Lampost.co) — Kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 memperlihatkan kelemahan serius di tubuh Timnas Indonesia. Pengamat sepak bola nasional, Mohamad Kusnaeni, menilai Patrick Kluivert belum mampu memadukan taktik dengan pemain.
Poin Penting:
-
Patrick Kluivert belum mampu memadukan taktik dan pemain.
-
Perbedaan gaya melatih dengan Shin Tae-yong membuat adaptasi terganggu.
-
Kluivert untuk segera benahi tim sebelum pertandingan berikutnya.
-
Gagal Lewati Ujian Besar
Menurut Kusnaeni, Patrick Kluivert gagal melewati ujian besar dalam debutnya menangani Timnas Indonesia saat laga melawan Australia. Meskipun semua pihak menyadari laga akan berjalan berat, performa Indonesia jauh dari harapan publik.
“Materi pemain kita sebetulnya cukup bagus. Kehadiran Ole Romeny bahkan menambah daya gedor di lini depan,” ujar Kusnaeni, Jumat (21/3).
Baca juga: Kluivert Wajib Benahi Berbagai Aspek agar Bisa Menang dari Bahrain
Kusnaeni menilai Kluivert gagal memaksimalkan potensi pemain menjadi kekuatan kolektif. Menurutnya, pemain terlihat belum memiliki chemistry yang kuat.
“Pemain tampak bermain sendiri-sendiri. Kerja sama antarlini sangat minim. Ini menunjukkan kurangnya kekompakan dan pemahaman taktik,” imbuhnya.
Perbedaan Gaya Melatih Jadi Kendala
Kusnaeni juga menyoroti masa persiapan yang terlalu singkat. Adaptasi antara pelatih baru dan skuad yang mayoritas mantan anak asuh Shin Tae-yong menjadi tantangan tersendiri.
Di era Shin, Indonesia mengandalkan strategi tiga bek dengan permainan pragmatis dan serangan balik cepat. Namun, Kluivert mengubah pendekatan tersebut dengan memasang 4 bek dengan gaya penguasaan bola dominan.
Faktanya, timnas mencatatkan 61% penguasaan bola. Sayangnya, statistik itu tidak berbanding lurus dengan efektivitas serangan. Australia justru lebih tajam dalam mengonversi peluang menjadi gol.
“Tim kita terlalu fokus pada penguasaan bola tapi minim kreativitas. Di sepertiga akhir, tim kesulitan membongkar pertahanan Australia,” ujarnya.
Koordinasi Lemah, Transisi Buruk
Koordinasi antarlini yang lemah menjadi masalah utama transisi bertahan ke menyerang maupun sebaliknya buruk. Hal ini membuat lawan dengan mudah menebak dan membaca permainan timnas.
“Secara keseluruhan, kematangan tim belum terbentuk. Akibatnya, lawan dengan mudah mengantisipasi permainan kita,” kata Kusnaeni.
Ia juga mencermati mental pemain yang mudah goyah. “Respons para pemain tidak bagus saat mendapat tekanan lawan. Itu menunjukkan identitas permainan yang tidak jelas,” katanya.
Kluivert Harus segera Berbenah
Kusnaeni menilai Kluivert masih memiliki waktu memperbaiki situasi, namun ia harus bergerak cepat. Kluivert harus segera membenahi mental, penguatan kerja sama tim, dan pemahaman taktik.
“Kalau Kluivert ingin membawa timnas melaju jauh, ia harus bisa menciptakan harmoni taktik dan potensi pemain,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan suporter Indonesia memiliki ekspektasi tinggi. Kekalahan telak seperti saat melawan Australia dapat menurunkan kepercayaan publik terhadap proyek jangka panjang timnas.