Jakarta (Lampost.co) — Di balik deretan prestasi dan momen bersejarah bersama Timnas Indonesia, pelatih asal Korea Selatan Shin Tae-yong akhirnya mengungkap satu penyesalan terbesar selama melatih skuad Garuda: batalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia.
Poin Penting:
-
Shin Tae-yong melatih tiga kelompok usia Timnas sejak 2019 hingga 2025.
-
Membawa Timnas Indonesia lolos ke Piala Asia di tiga level umur.
-
Penyesalan terbesar Shin adalah batalnya Piala Dunia U-20 di Indonesia.
Dalam wawancaranya bersama media Korea Selatan New Daily, Shin Tae-yong membuka sisi emosional dari perjalanan panjangnya bersama Timnas. Kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 menjadi luka terdalam yang tak pernah akan terlupakan pelatih berusia 54 tahun itu.
“Penyesalan terbesar saya adalah Piala Dunia U-20 dibatalkan. Itu salah satu alasan utama saya menerima tawaran melatih Indonesia,” ujar Shin dengan nada lirih.
Baca juga: Shin Tae-yong Jabat Wakil Ketua Umum Federasi Sepak Bola Korsel
Impiannya Musnah karena Polemik Politik
Awalnya, Indonesia ditetapkan sebagai tuan rumah ajang bergengsi FIFA U-20 World Cup 2023. Namun, keputusan itu dibatalkan FIFA akibat polemik politik terkait penolakan terhadap keikutsertaan Timnas Israel.
Shin Tae-yong mengaku sudah bekerja keras mempersiapkan generasi muda Indonesia selama empat tahun demi tampil maksimal di depan publik sendiri. Bahkan, dia menyebut turnamen tersebut sebagai puncak dari proyek jangka panjangnya bersama PSSI.
“Jika Indonesia jadi sebagai tuan rumah, sukses besar akan diraih. Kami tentunya akan siap tampil maksimal di kandang sendiri,” ujarnya.
Kemenangan Terbesar: Tumbangkan Arab Saudi
Meski menyesali batalnya Piala Dunia U-20, Shin Tae-yong tetap mencatat sejumlah momen membanggakan. Salah satunya, dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia ronde ketiga di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, pada 19 November 2024, dengan menang 2-0 atas Arab Saudi.
Hasil membanggakan sekaligus kemenangan bersejarah tertoreh berkat dua gol bintang muda Marselino Ferdinan. Bagi Shin Tae-yong, laga itu bukan sekadar hasil positif, tetapi simbol kebangkitan sepak bola Indonesia.
“Mengalahkan Arab Saudi menjadi satu kegembiraan besar bagi saya. Kebangkitan yang tim tunjukkan membuat banyak yang terkejut,” ujarnya bangga.
Sayangnya, laga tersebut menjadi pertandingan terakhirnya bersama Timnas di ajang kualifikasi. Meski masih terikat kontrak hingga 2025, PSSI memutuskan kerja sama dan menggantikannya dengan Patrick Kluivert.
Sejarah Shin Tae-yong di Indonesia
Meski tak selalu mulus, kiprah Shin Tae-yong di Indonesia terbilang fenomenal. Ia mencetak sejumlah pencapaian historis, antara lain:
- Dua kali beruntun membawa timnas senior ke Piala Asia (2023 dan 2027)
- Timnas U-23 dan U-20 tampil di Piala Asia kelompok umur
- Menembus ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, pencapaian pertama dalam sejarah Indonesia
Selain tim senior, Shin Tae-yong juga serius membangun fondasi dari level junior. Hal itu terlihat dari konsistensi performa Timnas U-20 dan U-23 di berbagai ajang internasional.
Antusiasme dan Dedikasi Shin Tak Pernah Pudar
Pentingnya pembangunan jangka panjang sepak bola Indonesia selalu Shin Tae-yong tekankan. Dia bukan hanya pelatih, tetapi arsitek masa depan sepak bola Tanah Air. Dengan dedikasi tinggi, ia rela bekerja di tengah tekanan dan ekspektasi besar publik.
“Saya tidak pernah menyerah, meskipun tahu banyak tantangan politik dan teknis. Tim ini punya masa depan cerah,” katanya.