Jakarta (Lampost.co)—Mantan pebulu tangkis nasional, Tan Joe Hok, yang juga pahlawan Piala Thomas dan salah satu legenda terbesar dalam sejarah bulu tangkis Indonesia, tutup usia.
Poin penting:
- Salah satu legenda bulu tangkis Indonesia, Tan Joe Hok, tutup usia
- Tan Joe Hok meninggal dunia Senin (2/6/2025), sekitar pukul 10.52, di RS Medistra dalam usia 88 tahun
- Tan Joe Hok merupakan tunggal putra pertama Indonesia yang menjuarai All England
Mantan pebulu tangkis nasional, Yuni Kartika, yang pertama kali menyampaikan kabar duka ini lewat unggahan di media sosial, Senin (2/6/2025).
“Telah meninggal dunia legenda bulu tangkis kebanggaan Indonesia Om Tan Joe Hok. Semoga arwahnya diterima di sisi Tuhan YME,” tulis Yuni.
Baca juga: Obituari Tan Joe Hok, pelopor prestasi bulu tangkis
Tan Joe Hok, yang bernama asli Hendra Kartanegara, merupakan pemain tunggal putra pertama Indonesia yang menjuarai All England, setelah mengalahkan Ferry Sonneville di final 1959.
Setahun sebelumnya, ia menjadi pilar penting dalam sejarah: membawa Indonesia menjuarai Piala Thomas perdana 1958 di Singapura.
Tidak hanya di sektor tunggal, Tan Joe Hok juga turun di nomor ganda. Ketangguhannya mengantarkan Indonesia mengalahkan Malaya 6-3, membuka jalan bagi kejayaan bulu tangkis nasional di level dunia.
Prestasi lainnya datang dari Asian Games 1962, saat ia menyumbangkan medali emas untuk Indonesia.
Usai gantung raket, dedikasinya tidak luntur. Ia sempat melatih di Meksiko dan Hong Kong, sebelum kembali ke Tanah Air dan bergabung dengan PB Djarum pada 1982.
Di sana, ia menjabat sebagai pelatih dan project manager cabang Jakarta. Puncaknya, ia dipercaya memimpin tim Piala Thomas 1984, dan sukses membawa Indonesia menaklukkan Tiongkok untuk kembali merebut supremasi bulu tangkis dunia.
Atas kiprahnya, SIWO PWI Jaya menganugerahinya penghargaan Pelatih Olahraga Terbaik tahun 1984.
Tan Joe Hok adalah satu dari “Tujuh Pendekar Bulu Tangkis Indonesia”, simbol generasi emas yang menancapkan panji Merah Putih di panggung internasional. Kepergiannya menjadi kehilangan besar bagi dunia olahraga Indonesia, khususnya bulu tangkis.