Manchester (Lampost.co) —Manchester United terpuruk di Liga Inggris. Hal itu terjadi di tengah badai masalah yang terus datang dan tidak bisa Ruben Amorim Atasi. Terlebih, usai menghadapi Tottenham Hotspur, yang semakin memperpanjang derita Setan Merah.
Bahkan, Spurs yang tampil dengan skuad pincang tetap mampu mengalahkan United. Lini tengah yang tumpul, lini serang yang mandul, dan buruknya transisi bertahan menjadi badai masalah yang semakin nyata terlihat dalam permainan tim asuhan Ruben Amorim.
Manchester United kini terdampar di peringkat ke-15 klasemen sementara Liga Inggris dengan 29 poin. Posisi itu hanya tiga tingkat di atas zona degradasi.
Situasi itu menjadikan Setan Merah mengalami keterpurukan terburuk sepanjang sejarah di Premier League. Tren negatif itu berpotensi membuat Manchester United terdegradasi ke Divisi Championship musim depan.
MU Krisis Gol Hingga Badai Cedera
Manchester United memulai musim 2025 dengan penuh harapan, tetapi kenyataannya jauh dari ekspektasi. Sejak awal kompetisi, MU kesulitan meraih poin maksimal hingga terlempar dari persaingan papan atas.
Pergantian pelatih dari Erik Ten Hag ke Ruben Amorim pun tidak membawa dampak positif. Pelatih asal Portugal itu diharapkan mampu mengembalikan kejayaan Setan Merah. Namun, sejauh ini masih kesulitan menyesuaikan diri dengan atmosfer Premier League.
Salah satu kelemahan terbesar Manchester United musim ini adalah minimnya produktivitas gol. Setan Merah hanya mampu mencetak 28 gol dari 25 pertandingan Liga Inggris.
Catatan itu menjadikan Andre Onana dkk menjadi tim dengan jumlah gol terendah keempat. Produktivitas gol MU hanya lebih baik dari Southampton (19 gol), Leicester (25 gol), dan Everton (27 gol).
Parahnya, Rasmus Hojlund yang datang dengan harga mahal hanya mampu mencetak 2 gol sepanjang musim. Sementara Joshua Zirkzee dan Alejandro Garnacho masing-masing baru mencetak 3 gol. Justru Amad Diallo, yang bukan pemain inti, menjadi pencetak gol terbanyak dengan 6 gol.
Namun, kendala Manchester United bukan hanya soal tumpulnya lini serang. Badai cedera juga menghantui skuad Setan Merah. Saat ini, ada enam pemain utama yang absen, yaitu Amad Diallo, Mason Mount, Jonny Evans, Lisandro Martinez, Luke Shaw, dan Altay Bayindir.
Absennya pemain-pemain kunci membuat kedalaman skuad semakin rapuh. Sehingga, Amorim tidak memiliki banyak pilihan di lini serang dan pertahanan.
Ruben Amorim Keras Kepala
Ruben Amorim datang ke Old Trafford dengan membawa pakem 3-4-2-1, formasi yang membawanya sukses di Sporting Lisbon. Namun, Premier League bukan Liga Portugal dan tim-tim Inggris terkenal cepat beradaptasi dengan strategi lawan.
Sejumlah pelatih hebat seperti Antonio Conte dan Thomas Tuchel juga sempat menerapkan formasi serupa, tetapi keduanya tidak bertahan lama di Inggris. Sayangnya, Amorim tampak terlalu keras kepala dalam mempertahankan skema permainannya meski tidak efektif di Manchester United.
Dari 21 pertandingan yang berjalan, Amorim mencatatkan 10 kemenangan, 2 imbang, dan 9 kekalahan, dengan rata-rata 1,52 poin per laga. Angka itu jauh dari standar untuk tim sebesar Man United.
Masalah semakin terlihat saat pertandingan melawan Tottenham. Amorim enggan melakukan rotasi pemain. Bahkan, hanya memasukkan Chido Obi-Martin sebagai satu-satunya pergantian di menit ke-90. Padahal, di bangku cadangan terdapat beberapa pemain muda yang bisa mendapatkan kesempatan tampil.
Bursa Transfer Lesu dan Krisis Penyerang
Alih-alih mendatangkan penyerang berkualitas di bursa transfer Januari, manajemen Man United justru meminjamkan Marcus Rashford ke Aston Villa dan Antony ke Real Betis. Padahal, lini depan sangat kekurangan stok pemain.
MU sempat dikaitkan dengan striker muda Mathys Tel dari Bayern Muenchen. Namun, sang pemain justru memilih bergabung dengan Tottenham Hotspur. Akibatnya, Manchester United harus mengandalkan pemain yang ada, meski performanya jauh dari harapan.
Stok pemain yang menipis dan mental tim yang terpuruk, Manchester United harus segera menemukan solusi jika tidak ingin makin terbenam di papan bawah.
Solusi Ruben Amorim
Peluang Manchester United untuk bangkit sebenarnya masih terbuka dengan 13 pertandingan tersisa. Namun, Ruben Amorim harus berani beradaptasi jika ingin membawa Setan Merah keluar dari keterpurukan.
Tiga langkah yang bisa Amorim ambil untuk menyelamatkan musim United:
- Mengubah strategi permainan, tidak lagi terpaku pada formasi 3-4-2-1 yang tidak efektif.
- Memberi kesempatan lebih kepada pemain muda, seperti Chido Obi-Martin, Jack Fletcher, dan Sekou Kone, agar tampil dan memberikan dampak.
- Meningkatkan mental bertanding tim agar tidak kehilangan kepercayaan diri di sisa laga musim ini.
Jika tidak ada perubahan signifikan dalam beberapa pekan ke depan, bukan tidak mungkin manajemen Manchester United akan mencari pelatih baru untuk musim depan.