
Gemuruh takbir belum lagi bergema, namun dompet-dompet masyarakat Indonesia telah berdentang riuh, tanda semakin banyaknya uang yang dikeluarkan untuk kebutuhan bulan puasa dan persiapan lebaran. Ramadan dan Idulfitri, dua momen istimewa yang selalu dinanti, namun juga menjadi ‘ujian’ bagi stabilitas keuangan keluarga dan pribadi. Setelah pemerintah meneriakan efisiensi anggaran negara, tentu kita sebagai masyarakat juga perlu efisiensi pengeluaran pribadi dari penghasilan yang diperoleh melalui pekerjaan sehari – hari.
Konsep Sederhana Sistem Pengendalian Manajemen
Sistem pengendalian manajemen adalah salah satu bagian dari ilmu akuntansi manajemen yang merupakan fungsi manajemen dengan sistem yang repetitif (berulang – ulang) untuk memastikan bahwa kegiatan dalam organisasi dilakukan sesuai dengan yang direncanakan. Biasanya dalam organisasi, top manajer menentukan strategi, middle manajer melakukan pengendalian manajemen untuk menerapkan strategi, lower manajer memastikan pengendalian tugas – tugas individu yang terlibat dalam penerapan strategi agar bekerja dengan efektif dan efisien untuk mencapai keberhasilan strategi. Terdapat 4 elemen sistem pengendalian manajemen dalam organisasi, yaitu detektor (mencari informasi apa yang terjadi), assessor (perbandingan dengan standar), effector (merubah perilaku yang dibutuhkan jika ada yang tidak sesuai standar) dan jaringan komunikasi.
Walaupun tidak pernah belajar ilmu akuntansi maupun manajemen, tiap individu bisa menggunakan ilmu sistem pengendalian manajemen yang telah disebutkan di atas untuk efisiensi keuangan pribadi. Caranya mudah namun perlu komitmen karena kita memegang kendali penuh sebagai manajer keuangan pribadi.
Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen untuk Efisiensi Keuangan Pribadi
Pertama, menentukan strategi. Dalam hal keuangan pribadi, strategi yang dimaksud dalam artikel ini adalah ”Efisiensi Pengeluaran Keuangan Pribadi jelang Idul Fitri” supaya kondisi keuangan masih sehat pasca perayaan hari yang fitri.
Kedua, melakukan pengendalian manajemen untuk melakukan efisiensi keuangan pribadi. Pengendalian ini butuh 4 elemen yang sudah disebutkan di atas. Elemen detektor, sebagai individu yang berniat mengefisiensikan pengeluaran, setiap memperoleh pemasukan dan pengeluaran harus sadar prioritas, hanya ingin atau memang butuh, saldonya cukup atau tidak. Memang, jika tidak terbiasa, pikiran manusia sebagai detektor ini suka ”menggampangkan” sehingga kebablasan maka harus diperkuat dengan elemen kedua yaitu assessor. Buat anggaran pemasukan dan pengeluaran per minggu selama bulan Ramadan.
Pengeluaran dalam anggaran dibagi menjadi 3 pos yaitu: biaya hidup (konsumsi harian termasuk sahur dan buka puasa, kewajiban cicilan, uang pulsa, dan kebutuhan rutin lainnya), gaya hidup (bukber di resto, beli baju atau aksesoris, ingin menu sahur dan buka mewah, dll), dan dana cadangan / tabungan rencana (untuk mudik, hadiah lebaran orang tua, tabungan pendidikan, investasi). Segera pisah rekening dana yang telah dianggarkan untuk biaya hidup, gaya hidup dan dana cadangan/ tabungan rencana. Pemisahan rekening ini mempermudah kita untuk menjadi assessor keuangan pribadi dengan memberi batasan uang yang keluar dari masing – masing pos pengeluaran.
Pembuatan anggaran dan pisah rekening mengaktifkan fungsi elemen yang ketiga yaitu effector. Jika belanja bulanan sudah melampaui saldo rekening yang telah dianggarkan, berarti belanja sudah telampau boros. Jika rekening gaya hidup sudah hampir habis, tandanya harus ngerem keinginan untuk kemewahan.
Antisipasi Kegagalan Menerapkan Pengendalian untuk Efisiensi Keuangan
Jika pada minggu pertama, terjadi kegagalan dalam mengeluarkan uang sesuai anggaran (boncos), maka hal yang coba dilakukan adalah: 1. Evaluasi anggaran, 2. Evaluasi pengendalian tugas (tugas pribadi untuk mengeluarkan uang).
1. Evaluasi Anggaran
Evaluasi masing – masing pos dan besaran dana yang dibuat dalam anggaran minggu pertama yang telah dibuat untuk penyesuaian anggaran di minggu kedua. Barangkali karena terlalu bersemangat efisiensi anggaran di awal, sehingga terlalu mengencangkan pos pengeluaran yang sebenarnya memang perlu dikeluarkan. Sesuaikan anggaran dengan realistis tetap memikirkan efisiensi kegunaan uang yang keluar.
2. Evaluasi pengendalian tugas
Dalam hal ini yaitu praktek keseharian dalam mengeluarkan uang. Bagi yang baru memulai kebiasaan ini, biasanya berat meninggalkan pikiran keinginan untuk membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan dan membeli kemewahan sebagai reward pribadi serta menjaga gengsi. Untuk itu, di bulan Ramadhan ini selain menahan hawa nafsu, juga perlu menahan gaya hidup berlebihan dan impulsive buying.
Dibandingkan dengan sistem pengendalian manajemen di organisasi, pengendalian manajemen keuangan pribadi dalam penerapannya lebih menantang untuk mencapai keberhasilan strategi. Pada pengendalian manajemen dalam organisasi, perumusan strategi, pengendalian manajemen dan pengendalian tugas dilakukan oleh orang yang berbeda, namun pada pengendalian manajemen keuangan pribadi, semuanya dilakukan oleh orang yang sama yaitu diri kita sendiri yang memiliki tekat di awal untuk efisiensi keuangan. Maka pada proses pengendalian tugas supaya pengeluaran sesuai dengan anggaran, tiap orang harus memiliki pandangan berikut ini.
3. Hindari gengsi dan impulsive buying
Dalam surat Al Isra ayat 26 – 27, Allah SWT melarang umat muslim bersikap boros dengan membelanjakan harta sembarangan dan tanpa perhitungan yang dapat mengarah pada pemborosan atau mubazir. Untuk itu efisiensi pengeluaran akan berhasil jika manusia memiliki kesadaran untuk tidak melakukan impulsive buying (pembelian tidak terencana). Selain tekat yang kuat, impulsive buying bisa dicegah dengan membuat catatan belanja sebelum datang ke pasar / pusat perbelanjaan. Saat bulan Ramadhan, penjual sering memberikan promo diskon. Namun tiap orang perlu bijak dalam memanfaatkannya, yaitu dengan memanfaatkan promo untuk opsi belanja yang masuk dalam daftar kebutuhan.
Sikap boros juga bisa terjadi karena gengsi. Rasa ingin dihargai sesama manusia dengan terlihat kaya dan mewah padahal tidak sesuai kemampuan ekonomi. Sebenarnya tiap manusia dihargai oleh sesama bukan hanya karena penampilan material yang melekat dalam dirinya tetapi juga dari pembawaan diri, prestasi, wawasan dan kerendahan hati saat berinteraksi. Oleh sebab itu, lebih baik menampilkan potensi diri yang lain dengan rendah hati daripada jaga gengsi dengan memaksakan penampilan semu yang hanya terlihat sesaat.
4. Meniatkan bulan Ramadhan untuk fokus ibadah
Bulan Ramadhan adalah bulan yang berkah, penuh dengan ampunan. Sangat disayangkan jika umat muslim mengesampingkan keutamaan ibadah hanya untuk ajakan duniawi. Buka bersama bisa menjadi ajang silaturahmi dan membangun koneksi namun terlalu banyak buka bersama di luar rumah akan mengurangi intensitas dan kekhusyukan ibadah Ramadhan. Dalam rangka efisiensi pengeluaran, ada baiknya tidak mengiyakan semua ajakan buka bersama karena silaturahmi tidak hanya lewat momentum buka bersama.
5. Tentukan skala prioritas
Buat diagram penting mendesak (beli sekarang), penting tidak mendesak (rencanakan), kurang penting mendesak (bisa pinjam), kurang penting tidak mendesak (lupakan/tinggalkan). Skala prioritas ini bisa menjaga hasrat untuk membeli barang. Khususnya ketika menyusun anggaran, membuat daftar belanja dan ketika melihat barang yang diinginkan di pusat perbelanjaan.
Membuat catatan pengeluaran harian (pakai apps)
-
Pengeluaran ramadhan dari gaji. THR untuk pengeluaran khusus ramadhan seperti zakat, mudik, hampers dan sisanya ditabung atau bayar hutang
Efisiensi pengeluaran akan berhasil jika bijak tiap mencantumkan pengeluaran. Pengeluaran selama bulan Ramadhan berasal dari gaji atau pendapatan bulanan. Sedangkan THR (tunjangan hari raya) hanya untuk pengeluaran khusus Ramadhan dan Idul Fitri seperti zakat, mudik, hampers, sajian lebaran. Konsep berpikir seperti ini perlu dipertahankan sehingga tidak mentoleransi boros menggunakan gaji karena merasa akan mendapatkan THR. Bahkan sebaiknya THR dapat disisihkan untuk tabungan/ investasi / melunasi hutang.
-
Hindari pinjaman online karena akan menjadi masalah keuangan usai Lebaran
Pinjaman online bukan solusi instan untuk masalah keuangan. Kemudahan yang ditawarkan menjadi harapan semu yang seringkali membuat keuangan semakin berantakan usai perayaan Idul Fitri. Jika gaya hidup sesuai penghasilan, maka pinjaman online tidak akan menjadi cobaan hidup di masa yang akan datang.
Efisiensi pengeluaran keuangan pribadi di bulan Ramadhan dan Idul Fitri harapannya menjadi awal untuk membangun pola pikir dan kebiasaan baru dalam hal mengelola keuangan.