“WAKTU untuk beralasan sudah berakhir. Waktunya untuk bertindak adalah sekarang”
Bagi banyak penduduk Pringsewu, perjalanan di jalan raya telah menjadi pengalaman yang menegangkan, bukan karena kemacetan lalu lintas atau cuaca buruk, tetapi karena semakin banyaknya jalan berlubang yang menimbulkan bahaya serius. Perjalanan yang seharusnya mudah telah berubah menjadi perjalanan yang berisiko tinggi, dengan pengemudi terpaksa berbelok secara tidak terduga untuk menghindari lubang yang dalam di aspal. Bukan hanya tentang ketidaknyamanan; ini tentang hidup dan mati.
Hanya dalam dua bulan pertama tahun 2025, jalan berlubang telah menjadi penyebab 26 kecelakaan yang tercatat. Empat orang kehilangan nyawa, dan banyak lainnya terluka. Lebih dari sekedar angka-angka ini mewakili keluarga-keluarga yang menderita karena masalah yang sebenarnya dapat dicegah dengan tindakan yang tepat waktu.
Kemana Perginya Anggaran Perbaikan Jalan?
Yang membuat situasi ini semakin membuat frustasi adalah lambatnya perbaikan jalan. Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK) Provinsi Lampung telah mengalokasikan dana sebesar Rp450 miliar tahun 2025 untuk perbaikan jalan dan jembatan. Namun, sebagian besar jalan, terutama Jalan Lintas Barat (Jalinbar) tetap dalam kondisi buruk. Alih-alih jalan yang mulus dan terawat, para pengendara justru harus berhadapan dengan lubang-lubang menganga yang mengancam keselamatan mereka.
Pengendara sepeda motor sangat rentan, namun mobil yang melaju dengan kecepatan normal pun berisiko mengalami kerusakan serius atau kecelakaan. Bukannya mengemudi dengan tenang, orang-orang kini lebih sering menghindari lubang, sehingga meningkatkan risiko tabrakan dan membahayakan semua orang di jalan.
Dampak Ekonomi dari Jalan Berlubang ini jauh melampaui kecelakaan lalu lintas. Infrastruktur yang buruk menghambat pertumbuhan ekonomi Pringsewu. Jalan yang buruk mengganggu arus barang, meningkatkan biaya logistik, dan membuat calon investor enggan berinvestasi. Daerah yang seharusnya menjadi daerah yang berkembang malah terhambat oleh transportasi yang tidak efisien. Jika jalan-jalan ini diperbaiki dengan baik, bisnis lokal dapat berkembang, pariwisata dapat berkembang, dan ekonomi akan menjadi lebih dinamis. Sebaliknya, penundaan yang tidak perlu dan biaya yang lebih tinggi terus membebani masyarakat.
Siapa yang Mengawasi? Apakah anggaran sebesar Rp450 miliar digunakan secara efektif? Apakah dana tersebut digunakan untuk perbaikan jalan yang mendesak, atau dialihkan ke proyek-proyek yang tidak terlalu mendesak? Masyarakat berhak mendapatkan transparansi. Masyarakat harus tahu bagaimana dana tersebut dialokasikan dan apakah pemerintah benar-benar berkomitmen untuk menyelesaikan krisis ini.
Strategi Pemda untuk Perbaikan
Warga negara dapat memainkan peran kunci dalam meminta pertanggungjawaban pemerintah. Melaporkan jalan yang rusak melalui aplikasi resmi atau forum komunitas dapat memberikan data waktu nyata, sehingga dapat menekan pemerintah daerah untuk segera mengambil tindakan. Namun, lebih dari sekadar perbaikan jangka pendek, Pringsewu membutuhkan strategi jangka panjang yang berkelanjutan.
Pemerintah daerah Pringsewu dapat melakukan pendekatan yang lebih berkelanjutan dalam pemeliharaan jalan dengan menggunakan teknologi pemantauan pintar untuk mendeteksi kerusakan secara real-time. Dengan sensor dan analitik data, area yang bermasalah dapat diidentifikasi dengan cepat, sehingga perbaikan dapat dilakukan sebelum kerusakan semakin parah dan menjadi bahaya yang lebih besar. Menggunakan bahan ramah lingkungan seperti aspal daur ulang dan perkerasan permeabel juga dapat membantu memperpanjang umur jalan, mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam baru, dan menurunkan emisi karbon dibandingkan dengan bahan tradisional.
Selain itu, penerapan sistem drainase yang lebih efisien sangat penting untuk mencegah genangan air. hal itu dapat mempercepat erosi dan kerusakan jalan. Dengan mengintegrasikan sistem drainase yang tepat, dampak buruk dari hujan lebat dapat diminimalisir. Sehingga memperpanjang umur jalan dan mengurangi frekuensi perbaikan besar. Pemda juga dapat mengembangkan program pemeliharaan preventif yang terjadwal secara rutin, sehingga perbaikan tidak hanya bersifat reaktif namun juga proaktif.
Memastikan transparansi dalam pengelolaan anggaran dan melibatkan masyarakat melalui aplikasi pelaporan dan forum diskusi juga dapat meningkatkan akuntabilitas Sehingga memastikan bahwa dana digunakan dengan bijak. Strategi jangka panjang ini tidak hanya akan meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengendara. Meskipun juga akan mendukung ekonomi lokal dengan menyediakan infrastruktur yang andal yang membuat masyarakat tetap terhubung.