Bandar Lampung (Lampost.co) — Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) meminta pemerintah bergerak cepat mengatasi ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.
Permintaan itu muncul seiring penurunan penjualan kendaraan roda empat di Indonesia yang terus menekan industri otomotif dan komponen nasional.
Ketua I Gaikindo, Jongkie D Sugiarto, menyebut industri butuh kebijakan konkret agar pasar kembali bergairah. “Harus ada langkah cepat supaya PHK bisa dicegah,” ujarnya.
Usulan Gaikindo: Hidupkan Lagi Insentif PPnBM
Jongkie mengungkap Gaikindo memberi sejumlah masukan ke pemerintah. Salah satunya penerapan ulang skema pajak penjualan atas barang mewah ditanggung pemerintah (PPnBM DTP).
Menurutnya, insentif PPnBM terbukti sukses mendorong penjualan saat pandemi Covid-19. “Kami usulkan agar skema PPnBM DTP ada lagi untuk mobil dengan kandungan lokal lebih dari 60 persen,” jelasnya.
Ia menambahkan, kebijakan itu membuat harga mobil lebih terjangkau sehingga penjualan naik dan produksi komponen berkelanjutan. “Waktu Covid, penjualan melonjak tajam. PPN, PPh, BBNKB, dan PKB bahkan naik dua kali lipat,” lanjut Jongkie.
PHK di Industri Komponen
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM), Rachmat Basuki, menyebut PHK di sektor komponen berlangsung sejak pertengahan 2024.
Menurut laporan perusahaan anggota GIAMM, pengurangan karyawan bervariasi antara 3 persen hingga 23 persen dari total pekerja.
Saat ini GIAMM menaungi sekitar 250 perusahaan dan sebagian besar berskala kecil hingga semi padat karya. “Pasokan komponen turun sekitar 28 persen per Juli 2025, akibat pasar yang tidak menentu sejak 2023,” ujarnya.
Data Penjualan Kendaraan Merosot
Berdasarkan data Gaikindo, penjualan retail kendaraan roda empat dan lebih pada Januari–Juli 2025 turun 10,8 persen. Angka itu merosot dari 508.041 unit menjadi 453.278 unit.
Distribusi wholesales juga anjlok 10,1 persen. Pada tujuh bulan pertama 2024 tercatat 484.250 unit kini hanya 435.390 unit.
Penjualan motor ikut tertekan dari 3.769.895 unit pada Januari–Juli 2024 menjadi 3.691.677 unit pada periode sama 2025.
Faktor Tekanan Tambahan
Masalah lain yang memperburuk kondisi adalah meningkatnya impor truk CBU, khususnya untuk kebutuhan tambang. Hal itu membuat pabrikan truk lokal semakin terdesak.
Di sisi lain, penjualan mobil listrik memang tumbuh. Namun, kendaraan jenis itu tidak membutuhkan banyak komponen seperti mobil konvensional.
“Kondisi itu menggerus total pasar lebih dari 38 persen sehingga banyak perusahaan komponen harus mengurangi tenaga kerja,” kata Rachmat.
Jalan Tengah Menyelamatkan Industri
Gaikindo menekankan pentingnya kebijakan yang melindungi manufaktur lokal tanpa menghambat transisi kendaraan listrik.
Langkah insentif pajak juga bisa mengembalikan gairah pasar dan mencegah gelombang PHK semakin besar.
“Keputusan tetap ada di tangan pemerintah. Kami sudah usulkan, tinggal tindak lanjut kementerian terkait,” tutup Jongkie.