Bandar Lampung (Lampost.co)– Maraknya aksi-aksi seruan yang dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi merespon kondisi demokrasi Indonesia akhir-akhir ini harus dipandang secara objektif dan ilmiah.
Rektor Universitas Malahayati, Ahmad Farich mengatakan, sebagai bagian dari negara demokrasi, rakyat Indonesia memiliki hak untuk menyatakan pendapatnya di muka umum.
Namun bagi kaum intelektual dikalangan perguruan tinggi, terlebih khusus para guru besar yang banyak menginisiasi seruan yang dilakukan, Farich menyebut bahwa pendapat serta seruan yang dilayangkan haruslah berdasarkan landasan yang objektif.
“Silakan saja berpendapat, yang penting jangan sampai berubah menjadi intimidasi kepada satu kelompok dan lain sebagainya. Suguhan-suguhan yang harus dipertontonkan itu juga harus berdasarkan riset ilmiah dan objektif,” ujar Farich Minggu, 4 Februari 2024.
Menanggapi seruan yang dilayangkan oleh beberapa kampus seperti UGM, UI, Unpad, UII dan masih banyak yang lainnya, Farich mengatakan masih ada beberapa hal yang bisa menimbulkan kontradiksi.
“Sebagian isinya memang kalau saya ada yang setuju, ada yang kurang sependapat. Terutama yang sangat saya setuju adalah tentang pemilu yang damai, jujur, adil, bebas, dan rahasia. Kemudian diminta untuk tidak melakukan intimidasi dan tidak menggunakan fasilitas-fasilitas negara tentu itu sangat-sangat setuju dan itulah yang harus dipertahankan,” katanya.
Tetapi di samping itu, ada juga beberapa poin yang dirinya tidak cukup sependapat. Terutama jika sudah mengarah kepada individu, atau dalam hal ini kepada presiden yang dianggap terlalu jauh untuk andil dalam kontestasi pemilu.
“Karena kita adalah negara hukum, baik dalam undang-undang dasar maupun dalam menyelenggarakan pemilu dan lain sebagainya itu sudah diatur,” jelasnya.
Menyinggung apakah gerakan serupa juga akan dilakukan di Universitas Malahayati, Farich mengatakan bahwa pihaknya selalu membuka ruang demokrasi untuk para civitas akademika.
Dia mengklaim bahwa dalam beberapa kesempatan Unmal selalu mengadakan debat serta diskusi internal sebagai bagian dari upaya pendewasaan mahasiswa dalam berpolitik.
“Kita menyuarakan yang memang sesuai dengan tuntutan undang-undang. Menyerukan pemilu yang bersih, jujur, adil , bebas, rahasia serta tidak menggunakan fasilitas-fasilitas negara,” tandasnya.
Terakhir ia juga mengimbau kepada masyarakat, untuk tidak mudah terpancing pada isu-isu yang provokatif. Ia mengajak masyarakat untuk lebih cerdas dalam menyaring informasi, terlebih menjelang pemilu yang waktunya sudah semakin dekat.
“Kemudian dari tokoh-tokoh masyarakat serta tokoh-tokoh partai untuk mendinginkan suasana dan mencegah masyarakat terpancing. Tapi mudah-mudahan dengan pengalaman beberapa kali menyelenggarakan pemilu, kita selalu merasa aman. Mudah-mudahan tahun ini juga,” katanya.
Adi Sunaryo