Jakarta (Lampost.co)— Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengingatkan pemerintah untuk memberikan perhatian yang sama kepada sekolah negeri dan swasta. Termasuk pemenuhan kekurangan guru.
Ketua Umum PB PGRI Unifah Rosyidi meminta guru-guru swasta yang lulus menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) kembali lagi ke sekolah asalnya.
Ia mengakuinya, dampak kebijakan rekrutmen aparatur sipil negara (ASN) PPPK membuat guru-guru honorer yang lolos seleksi PPPK di tarik ke sekolah negeri, sehingga menjadikan sekolah swasta kekurangan guru.
“Terutama, guru-guru yang PPPK guru swasta memberikan kesempatan seluasnya, tapi kembalikan lagi ke sekolah swasta,” katanya.
Menurutnya, sekolah negeri dan swasta memiliki tujuan yang sama untuk memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga harus memperlakukan dengan sama.
“Kami ingin negara memberikan perhatian luas kepada sekolah swasta karena sama-sama untuk memajukan pendidikan. Juga tidak meninggalkan guru honorer yang sudah ada di sekolah negeri,” katanya.
Unifah menegaskan tidak boleh lagi ada guru yang dikontrak sampai bertahun-tahun, tetapi kemudian putus di tengah jalan karena perubahan regulasi.
“Pokoknya kepastian perlindungan terhadap status guru akan terus PGRI perjuangkan,” katanya.
Ganti Kurikulum
PGRI mengingatkan pemerintahan baru agar jangan dengan mudahnya mengubah kurikulum pendidikan yang sudah ada di sekolah-sekolah.
“Kita selalu belajar bahwa setiap ujung pergantian ada kurikulum baru. Nanti kemudian oleh kabinet baru mengevaluasi,” kata Unifah.
Menurutnya perubahan atau pergantian kurikulum pendidikan sebenarnya tidak terlalu penting.
“Jadi, konteks kami tidak terlalu penting pergantian itu. Yang penting adalah bagaimana kurikulum itu dapat menggerakkan guru dan murid untuk dapat memperbarui dirinya,” katanya.
Apalagi, kata dia, pergantian kurikulum pendidikan harus dilakukan didasari oleh kajian yang benar-benar matang. Berkaitan dengan pemerintahan baru nantinya, Unifah juga berharap Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nantinya adalah sosok yang memiliki kecintaan kepada dunia pendidikan dan guru.
Perjuangan Guru
Sementara itu, Ketua PGRI Jawa Tengah,Muhdi,mengatakan PGRI selama ini terus melakukan perjuangan untuk guru, seperti pemenuhan guru, tunjangan profesi guru, hingga pengembangan keprofesian.
“Kami terus berupaya bagaimana agar PGRI menjadi organisasi profesi yang kuat,” kata mantan Rektor Universitas PGRI Semarang itu.
Ia juga mengajak para guru yang tergabung di PGRI untuk tidak cukup berbangga mengandalkan jumlah anggota yang besar, tetapi harus bisa menerjemahkan solidaritas dan kebersamaan menjadi sesuatu yang lebih produktif.
“Misalnya. Tidak boleh punya sekolah tapi sekadar sekolah, punya perguruan tinggi sekadar perguruan tinggi. Tetapi harus lebih baik,” katanya.