Krui (Lampost.co) — Video tentang seekor harimau yang melintas di Jalan Lintas Barat (Jalinbar) antara Kabupaten Pesisir Barat dan Tanggamus ramai di unggah dan di tonton di media sosial. Pristiwa itu menimbulkan berbagai pertanyaan bahkan kekhawatiran takut menjadi mangsa binatang karnivora tersebut mendapat tanggapan dari pihak terkait.
Kasat Polhut dari Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BTNBBS), Agus Hartono mengatakan memang benar telah terjadi peristiwa tersebut yang kemudian di unggah warga ke media sosial.
“Jadi itu kebetulan ada pengguna jalan yang meilntas mau ke arah Krui, di Jalan kita Jalinbar Bangkunat melihat ada moment harimau di pinggir jalan kemudian melintas menyeberang jalan ke arah hutan di seberang jalan,” kata Agus, Minggu, 11 Februari 2024
Kata dia, kemungkinan usia harimau yang sempat di rekam kamera warga tersebut, masih berusia muda dan pernah muncul di pemukiman di Pekon Sumberrejo Kecamatan Bangkunat memangsa ayam ternak warga.
“Kemungkinan umurnya masih muda, dan juga yang keluar di Wilayah Sumberrejo Pemangku Sumbersari beberapa waktu lalu yang memangsa ayam warga. Karena umurnya masih muda sekitar empat sampai enam tahun, kalah bersaing dengan harimau penguasa di dalam hutan yang usianya lebih tua,” jelas Agus.
Menyikapi peristiwa itu, saat ini pihaknya bersama mitra seperti WCS terus melakukan pemantauan pada lokasi hutan tempat harimau tersebut keluar di peristiwa itu. Ia menambahkan saat ini populasi harimau di hutan TNBBS setempat masih berjumlah puluhan ekor.
“Kalau perkiraan kami pada hutan yang berada di sebelah kiri (Jalinbar) kalau dari arah Sukaraja (Tanggamus) populasinya mencapai 40 ekor dan pada bagian hutan sebelah kanan kurang lebih 30-40 ekor harimau,” kata dia.
Pihaknya menghimbau warga yang tinggal di pinggir kawasan hutan TNBBS untuk memperkuat kandang ternaknya juga memberikan penerangan yang cukup pada kandang ternak yang berpotensi menjadi mangsa harimau.
“Jadi di pinggir kawasan TNBBS, masyarakat yang punya kambing harus memperkuat kandang kambing di pakai kawat berduri mengantisipasi harimau memangsa kambing. Kemudian kandang kambing dikasih lampu yang terang, sehingga yang punya bisa mengawasi, harimau juga gak suka yang terang. Karena biasanya kandang ternak wargakan gelap, gak di kasih lampu,” tukas dia.
Menurutnya, jumlah binatang atau hewan yang menjadi mangsa harimau di dalam hutan setempat masih banyak tersedia. Namun akibat tindakan melanggar hukum melakukan aktifitas perburuan hewan yang ada dalam kawasan TNBBS tersebut masih banyak di terjadi di lakukan. Hal itu menyebabkan terganggunya aktifitas ekosistem marga satwa di lindungi dalam kawasan TNBBS itu.
“Kalau menurut penilaian kami masih banyak babi hutan rusa masih banyak tersedia. Cuma tidak bisa kita pungkiri banyak orang orang yang masuk kawasan nyari burung nyari ikan, tentu mengganggu mereka,seperti itu,” jelas Agus.
“Masyarakat jangan melakukan perburuan dalam kawasan apalagi babi hutan sering juga di buru masyarakat dan itu merupakan salah satu makanan harimau kita. Jadi tolong lah jangan masyarakat juga berburu satwa satwa yang jadi pakan harimau seperti babi. Dan jangan melakukan perburuan burung karena akan mengganggu aktifitas satwa dalam kawasan kita. jangan masyarakat melakukan tindak pindana kehutanan,” tambah dia.
Triyadi Isworo