.
Anggota sekaligus Koordinator Divisi Data dan Informasi KPU RI Betty Epsilon Idroos menjelaskan, basis data coklit untuk coklit adalah Model A daftar pemilih telah ter petakan oleh jajaran KPU kabupaten/kota. “Coklit dalam waktu satu bulan, dari rumah ke rumah,” ujarnya setelah acara Simulasi E-Coklit untuk Pilkada Serentak 2024 di Jakarta, Kamis, 6 Juni 2024.
.
Selanjutnya menurut Betty, perbedaan proses coklit kali ini dibanding saat Pemilu 2024 lalu terletak pada jumlah pemilih dalam satu tempat pemungutan suara (TPS). Pada Pemilu 2024, satu TPS maksimal terisi oleh 300 pemilih. Sementara, jumlah pemilih terbanyak dalam satu TPS pada Pilkada 2024 adalah 600 orang.
.
.
“Itu tergantung pada kondisi geografis. Tapi dengan tetap memperhatikan satu KK (kartu keluarga) itu dalam satu TPS,” terangnya.
.
Selama proses coklit, KPU membekali petugas pantarlih dengan sistem informasi khusus, yakni e-Coklit. Betty menjelaskan, sistem informasi itu untuk memudahkan petugas dalam meng-input data ke dalam Sistem Informasi Data Pemilih (Sidalih). Sehingga, data yang sudah masuk dapat disupervisi dan dimonitoring dengan cepat.
.
Evaluasi
.
Kemudian KPU, sambung Betty, juga sudah melakukan evaluasi terhadap proses coklit pada Pemilu 2024 lalu. Selama proses coklit Pilkada 2024, pihaknya meminta komisioner KPU kabupaten/kota untuk masuk ke dalam grup aplikasi pesan singkat WhatsApp pantarlih.
.
“Sehingga mereka bisa menjadi orang yang ditanya. Kalau ada pertanyaan jadi orang nomor pertama lah terkait dengan persoalan coklit di lapangan,” jelasnya.
.
Selain itu, Betty juga mengatakan proses coklit dapat tertunda dengan kondisi ancaman keamanan. Ia mengungkap telah mendapat laporan dari jajaran Papua Pegunungan mengenai situasi keamanan. Menurut Betty, faktor keselamatan petugas pantarlih harus menjadi yang utama selama pelaksanaan coklit.
.
“Petugas pantarlih itu biasanya orang lokal, tapi kalau orang lokalnya menemukan kesulitan. Sebaiknya postpone dulu karena masih punya waktu 30 hari,” kata Betty. “Dan sebelum mereka turun, mereka harus koordinasi dulu dengan tokoh setempat, biasanya RT/RW. Ketika mereka sudah bertemu dengan RT/RW, biasanya RT/RW yang akan membantu mendistribusikan mereka ke rumah-rumah warga,” tandasnya.